Mengenal Sesar Cimandiri & Citarik yang Jadi Pemicu Gempa di Sukabumi, Tahun 2000 Rusak 1.900 Rumah

Mengenal Sesar Cimandiri & Citarik yang Jadi Pemicu Gempa di Sukabumi, Tahun 2000 Rusak 1.900 Rumah
BMKG
Editor: Malda Hot News —Minggu, 22 Maret 2020 17:28 WIB

Terasjabar.id - Gempa bumi kembali mengguncang Sukabumi siang tadi pukul 10.48 WIB, Minggu (22/3/2020).

Kepala Bidang Informasi BMKG, Daryono mengatakan, hasil analisis BMKG menujukkan bahwa gempa ini berkekuatan M 3,5 dengan episenter terletak pada koordinat 7,07 LS dan 106,56 BT tepatnya di darat pada jarak 44 kilometer barat daya Kota Sukabumi, pada kedalaman 2 kilometer.

"Berdasarkan laporan masyarakat, guncangan gempa ini dirasakan di wilayah Kecamatan Pelabuhanratu, Kecamatan Warung Kiara, dan Kecamatan Simpenan dengan Skala Intensitas II MMI dimana getaran dirasakan oleh beberapa orang dan benda-benda ringan yang digantung bergoyang," ujar Daryono saat dikonfirmasi Tribunjabar.id melalui pesan singkat.

"Patut disyukuri bahwa guncangan gempa ini tidak menyebabkan terjadinya kerusakan," ujarnya.

Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, kata dia, gempa tadi pagi merupakan jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) akibat aktivitas Sesar Cimandiri.

Tangkapan layar Twitter BMKG gempa di Sukabumi, Minggu (22/3/2020).
Tangkapan layar Twitter BMKG gempa di Sukabumi, Minggu (22/3/2020). (Twitter @infoBMKG)

"Banyak warga yang menanyakan apakah ada kaitan antara gempa tadi pagi dan gempa Kalapanunggal yang terjadi pada beberapa hari lalu," ucapnya.

"Dapat dijelaskan bahwa pembangkit gempa ini berbeda dengan sumber gempa magnitudo M 5,1 yang mengguncang Kabupaten Sukabumi dan sekitarnya yang menimbulkan kerusakan di Kalapanunggal dan sekitarnya pada 10 Maret 2020 lalu," katanya.

Daryono menambahkan, gempa yang terjadi di Kalapanunggal beberapa waktu lalu dipicu aktivitas Sesar Citarik.

"Saat itu gempa dipicu oleh aktivitas Sesar Citarik yang lokasinya di sebelah barat Sesar Cimandiri," ujarnya.

Sesar Citarik

Daryono menjelaskan, Sesar Citarik memiliki orientasi utara timur laut-selatan barat daya, memanjang tersegmentasi melalui Pelabuhanratu, Bogor, hingga Bekasi.

"Sesar ini masih aktif hingga saat ini dengan mekanisme sesar geser/mendatar mengiris (sinistral strike slip)," jelasnya.

Sesar Cimandiri

Sementara itu Sesar Cimandiri, kata Daryono, memiliki orientasi timur timur laut-barat barat daya, memanjang dan tersegmentasi dalam 5 segmen mulai dari Pelabuhanratu sampai Gandasoli. Sesar ini cukup aktif dengan mekanisme sama dengan Sesar Citarik.

Sejarah gempa menunjukkan bahwa baik Sesar Cimandiri maupun Sesar Citarik sama-sama sudah beberapa kali memicu terjadinya gempa merusak di wilayah Kabupaten Sukabumi yakni pada tahun 1879, 1900, 1912, 1969, 1973, 1982, 2000, 2011, 2012, dan 2020.

Bahkan gempa yang terjadi pada 12 Juli 2000 dengan magnitude M 5,4 dan M 5,1 menyebabkan sebanyak lebih dari 1.900 rumah rusak di Cidahu, Cibadak, Parakansalak, Gegerbitung, Sukaraja, Cikembar, Kududampit, Cicurug, Nagrak, Parungkuda, Sukabumi, Cisaat, Warungkiara, Kalapanunggal, Nyalindung, Cikidang, dan Kabandungan.

"Sementara itu gempa di Kalapanunggal pada 11 Maret 2020 dengan magnitudo M 5,1 lalu merusak lebih dari 760 rumah," ucap Daryono.

Ia juga mengimbau agar masyarakat yang tinggal di daerah rawan gempa untuk melakukan upaya mitigasi struktur dengan membangun bangunan rumah yang strukturnya kuat.

"Jika upaya mitigasi ini tidak dilakukan, maka sampai kapanpun setiap terjadi gempa kuat maka kerusakan bangunan akan terus terjadi," ujarnya.

(Tribunjabar.id)


Gempa Sukabumi jabar BMKG Zona Megathrust Cimandiri Citarik


Loading...