Kota Blitar Bukan Zona Netral Aremania dan Bonek, Kericuhan Jelang Pertandingan Persebaya VS Arema

Kota Blitar Bukan Zona Netral Aremania dan Bonek, Kericuhan Jelang Pertandingan Persebaya VS Arema
(MlangTIMES : Google)
Editor: Epenz Hot News —Rabu, 19 Februari 2020 17:50 WIB

Terasjabar.id - Kota Blitar bukan merupakan zona netral bagi Bonek dan Aremania.

Hal itu disampaikan Fans Relation Manager Persebaya, Sidik Maulana Tualeka, kepada wartawan.

Kemenangan Persebaya Surabaya atas Arema FC di semifinal Piala Gubernur Jatim 2020, Selasa (18/2/2020) menuai banyak kontroversi sejak satu hari sebelum pertandingan.

Selain kabar kerusuhan antarsuporter di hari pertandingan, duel Bajul Ijo dan Singo Edan juga sempat memiliki masalah dalam hal lokasi laga.

Partai yang sedianya akan digelar di Stadion Kanjuruhan, Malang, dipindahkan oleh panitia ke Stadion Supriyadi yang dinilai menjadi tempat netral pada Minggu (16/2/2020).

Laga antara Persebaya dan Arema FC juga diselenggarakan secara tertutup tanpa penonton.

Fans Relation Manager Persebaya, Sidik Maulana Tualeka, menilai bahwa pemilihan Blitar sebagai zona netral adalah hal yang kurang tepat.

Menurutnya, zona netral adalah tempat yang tidak bisa diakses oleh suporter dari masing-masing tim.

Oleh sebab itu, yang menjadi zona netral seharusnya adalah kantong-kantong militer dan kepolisian yang sulit dimasuki oleh para suporter.

"Menurut kami, zona netral adalah zona yang tidak bisa diakses oleh kedua suporter sehingga bisa bermain di misalnya pusat-pusat militer atau kepolisian yang bisa lebih netral," ucap Sidik kepada awak media.

"Kalau kami melihat Blitar itu bukan zona netral karena sepertinya zona itu bisa bebas diakses oleh kedua suporter (Bonek dan Aremania)," ujarnya lagi.

Bagi Sidik, kerusuhan yang terjadi saat laga semifinal kemarin merupakan hal yang tak bisa dihindari.

Pasalnya, Bonek dan Aremania memiliki basis suporter yang besar di Blitar.

Hal itu menyebabkan gesekan antar suporter sangat sulit dihindari.

"Di sana, Bonek dan Aremania punya basis suporter yang besar di sana. Kalaupun pertandingan digelar di sana, secara otomatis, akan ada interaksi antara kedua suporter ini," katanya menambahkan.

Meski demikian, Sidik mengaku bahwa pihaknya sangat menyesali kerusuhan yang sempat terjadi antara Bonek dan Aremania.

Dia juga meminta Aremania untuk bersama-sama membangun atmosfer sepak bola yang lebih baik.

Menurutnya, hal yang perlu dilakukan saat ini adalah mengikis rasa trauma di masyarakat terkait kerusuhan yang kerap dilakukan oleh oknum suporter.

"Tapi jujur saja apapun itu kami semua di level Bonek juga menyesali kejadian kemarin. Kami berharap Aremania juga melakukan yang sama, mereka juga menyesali kejadian kemarin," ucap Sidik.

"Bagi kami ini menjadi trigger, menjadi kesadaran kolektif untuk kita mengikis sepak bola Indonesia dari rasa takut, trauma di level masyarakat."

"Kita sama-sama berubah, mulai dari diri masing-masing, Aremania berubah, Bonek juga berubah," ujar Sidik.

"Kita bisa menunjukkan bahwa sepak bola nasional itu penuh dengan kedamaian, penuh dengan rasa cinta, enak dilihatnya untuk siapapun," katanya mengakhiri.

Selanjutnya, Persebaya Surabaya akan berhadapan dengan Persija Jakarta dalam final Piala Gubernur Jatim 2020 pada Kamis (20/2/2020).

Pertandingan yang sejatinya akan digelar di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya itu akan dipindahkan ke Stadion Gelora Delta, Sidoarjo.

Perubahan juga terjadi pada jam tayang, yang semula dimulai pada pukul 19.00 WIB berganti menjadi 15.30 WIB. Disadur dari  (BolaSport.com/Hugo Hardianto Wijaya)

Kericuhan Bonek Aremania Persebaya Arema FC Kota Blitar


Loading...