Daerah-daerah yang Berpotensi Alami Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Waspadai Hujan Lebat & Hujan Es

Daerah-daerah yang Berpotensi Alami Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Waspadai Hujan Lebat & Hujan Es
Tribunjabar.id
Editor: Malda Hot News —Jumat, 12 Maret 2021 08:58 WIB

Terasjabar.id - Sejumlah wilayah di Indonesia berpotensi dilanda cuaca ekstrem sepekan ke depan.

Masyarakat pun diimbau untuk waspada. Hal ini diinformasikan oleh BMKG.

Cuaca ekstrem beberapa hari lalu sempat membuat heboh warga di Yogyakarta karena terjadi hujan es.

Sejak awal tahun ini, sejumlah bencana alam terjadi di Indonesia.

Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), setidaknya 386 bencana terjadi di Indonesia yang didominasi oleh bencana banjir, puting beliung, dan tanah longsor.

Setidaknya 213 orang meninggal dan hampir dua juta mengungsi serta 7 lainnya dilaporkan hilang.

Faktor La Nina diduga menjadi salah satu penyebab timbulnya cuaca ekstrem di Nusantara.

Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Miming Saepudin mengatakan, saat ini fenomena La Nina masih dapat berlangsung hingga Mei 2021 dengan intensitas lemah hingga normal.

"Kondisi tersebut masih dapat berkontribusi pada peningkatan massa udara basah dan lembab di sekitar wilayah Indonesia," ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (11/3/2021).

Saat ini, tambahnya, fenomena Monsun Asia masih cukup aktif. Hal itu mengakibatkan aliran massa udara dari wilayah Belahan Bumi Utara (BBU) masih dapat berkontribusi terhadap pembentukan awan hujan terutama di wilayah Indonesia bagian barat.

Miming mengatakan, monsun Asia mulai memasuki periode pelemahan pada akhir Maret 2021 yang mengindikasikan bahwa periode puncak musim hujan di sebagian wilayah Indonesia mulai berakhir.

Sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia akan memasuki periode peralihan dari musim hujan ke musim kemarau mulai akhir Maret 2021.

Kendati demikian, pihak BMKG belum merilis kapan awal kemarau dimulai.

"Kemungkinan awalnya biasanya Mei-Juni. Tapi untuk 2021 ini belum ada rilis resmi karena harus dianalisis dulu dinamika atmosfernya," kata Miming.

Awan Cumulonimbus menyelimuti perairan Teluk Jakarta di kawasan perairan kepulauan Seibu, Jakarta, Minggu (10/01/2021). Perairan Teluk Jakarta sejak beberapa hari terakhir diselimuti cuaca ekstrem yang berbahaya bagi pelayaran dan penerbangan seputar Kota Jakarta.
Awan Cumulonimbus menyelimuti perairan Teluk Jakarta di kawasan perairan kepulauan Seibu, Jakarta, Minggu (10/01/2021). Perairan Teluk Jakarta sejak beberapa hari terakhir diselimuti cuaca ekstrem yang berbahaya bagi pelayaran dan penerbangan seputar Kota Jakarta. (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Ciri kejadian cuaca

Dijelaskan juga, salah satu ciri umum kejadian cuaca saat periode peralihan musim adalah adanya perubahan kondisi cuaca yang relatif lebih cepat.

Pada pagi-siang umumnya cerah-berawan dengan kondisi panas cukup terik, diikuti dengan pembentukan awan yang signifkan dan hujan intensitas tinggi dalam durasi singkat yang secara umum dapat terjadi pada periode siang-sore hari.

Selama periode peralihan musim, ada beberapa fenomena cuaca ekstrem yang harus diwaspadai, yaitu:

  • Hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang,
  • Puting beliung,
  • Waterspout,
  • Hujan es.

Miming menambahkan, beberapa kejadian cuaca ekstrem dalam sepekan ini terjadi di berbagai wilayah, seperti hujan es yang terjadi di Bogor, Yogyakarta, dan wilayah lainnya.

Fenomena hujan es merupakan fenomena yang umum terjadi selama periode peralihan musim.

Hal tersebut dipicu oleh pola konvektifitas massa udara dalam skala lokal-regional yang lebih signifikan selama periode peralihan musim.

Hujan es umumnya dapat terjadi dari sistem awan Cumulonimbus (Cb) yang menjulang tinggi dengan kondisi labilitas udara signifikan, sehingga dapat membentuk kristal es di awan dengan ukuran yang cukup besar.

Fenomena downdraft (aliran massa udara turun dalam sistem awan) yang terjadi di sistem awan Cb terutama pada saat fase matang.

"Ini dapat menyebabkan butiran es dengan ukuran yang cukup besar dalam sistem awan Cb tersebut turun ke dasar awan hingga keluar dari awan menjadi fenomena hujan es," tuturnya.

Awan hitam bergelayut di Tarogongkidul, nampak dari Simpang Lima, Kabupaten Garut, Sabtu (29/11/2014).
Awan hitam bergelayut di Tarogongkidul, nampak dari Simpang Lima, Kabupaten Garut, Sabtu (29/11/2014). (TRIBUN JABAR/M SYARIF ABDUSSALAM)

Daerah berpotensi hujan lebat

Kecepatan downdraft dari awan Cb tersebut cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan butiran es yang keluar dari awan tidak mencair secara cepat di udara, dan bahkan sampai jatuh ke permukaan bumi masih dalam bentuk butiran es yang dikenal dengan fenomena hujan es.

Miming mengungkapkan, dalam sepekan ke depan, dinamika atmosfer yang diidentifikasi masih dapat berkontribusi cukup signifikan terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.

"Teramatinya sirkulasi siklonik di Samudera Pasifik Timur Filipina dan di Samudera Hindia sebelah selatan Bali-Nusa Tenggara yang dapat mengakibatkan terbentuknya pola konvergensi dan belokan angin sehingga dapat meningkatkan pembentukan awan hujan di sebagian wilayah Indonesia," ujarnya.

Ia menambahkan, hal tersebut diperkuat dengan adanya fenomena Gelombang Rossby Ekuatorial yang diprediksikan masih cukup aktif di sekitar wilayah Indonesia bagian barat.

Selain itu kondisi labilitas udara lokal yang signifikan juga dapat meningkatkan potensi konvektifitas dan pembentukan awan hujan di sebagian besar wilayah Indonesia.

Berdasarkan kondisi tersebut, BMKG memprakirakan dalam periode sepekan ke depan curah hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang berpotensi terjadi di wilayah berikut:

  • Aceh
  • Sumatera Utara
  • Sumatera Barat
  • Banten
  • Jawa Barat
  • Jawa Tengah
  • DI Yogyakarta
  • Jawa Timur
  • Bali
  • Nusa Tenggara Barat
  • Nusa Tenggara Timur
  • Kalimantan Timur
  • Kalimantan Utara
  • Kalimantan Selatan
  • Sulawesi Utara
  • Sulawesi Tengah
  • Sulawesi Selatan
  • Sulawesi Tenggara
  • Maluku
  • Maluku Utara
  • Papua Barat
  • Papua.

Masyarakat diminta waspada

Masyarakat dihimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem (puting beliung, hujan lebat disertai kilat/petir, hujan es, dan lain-lain)

Selain itu perlu waspada terhadap dampak yang dapat ditimbulkan dari cuaca ekstrem, seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin selama memasuki masa pancaroba tahun ini.

Dihubungi terpisah, peneliti PSTA Lapan Erma Yulihastin menjelaskan, berdasarkan model prediksi iklim regional yang dikembangkan oleh PSTA Lapan, terdapat gangguan di atmosfer pada skala sinoptik yang terjadi di utara dan selatan wilayah Indonesia yang mempengaruhi peningkatan akumulasi hujan pada Maret.

"Gangguan sinoptik tersebut menjadi penyebab terbentuknya ITCZ ganda (daerah konvergensi antar-tropis) di bagian utara dan selatan Indonesia," kata Erma pada Kompas.com, Kamis (11/3/2021).

Menurutnya, ITCZ ganda terjadi karena terdapat gangguan skala sinoptik di utara (vorteks Borneo dan vorteks Laut Banda) dan selatan (vorteks/depresi tropis di Samudra Hindia).

Hal itulah yang membuat konvergensi masih bertahan di selatan Indonesia, padahal seharusnya pada Maret, konvergensi sudah bergeser ke wilayah utara dekat ekuator.

(Tribunjabar.id)


Cuaca ektrem Hujan Jabar BMKG BNPB


Loading...