Kebut Target Tes Covid-19 di Tengah Minim Fasilitas

Kebut Target Tes Covid-19 di Tengah Minim Fasilitas
CNN Indonesia
Editor: Malda Hot News —Jumat, 18 September 2020 08:18 WIB

Terasjabar.id -- 

Jumlah pemeriksaan spesimen Covid-19 dalam sepekan terakhir terus mengalami peningkatan. Target pemeriksaan 30 ribu spesimen dalam satu hari seperti keinginan Presiden Joko Widodo pun sudah terlampaui.

Namun, pemerintah kembali meningkatkan target uji spesimen melalui tes usap atau PCR (polymerase chain reaction) menjadi 50 ribu spesimen per hari.

Jumlah tes spesimen terbanyak terjadi pada Selasa (15/9) yang mencapai angka 42.636 spesimen. Untuk diketahui, dari satu kasus dapat diambil lebih dari satu kali pengambilan dan lebih dari satu jenis spesimen. Data Kementerian Kesehatan menyebut jumlah pemeriksaan orang secara nasional dalam satu minggu terakhir berada di kisaran angka 20-30 ribuan.


Namun, upaya pemerintah mengebut target tes spesimen, dinilai masih jauh. Banyak hambatan untuk mencapai target 50 ribu per hari. Lagipula, jumlah pemeriksaan dalam sepekan terakhir dinilai masih belum memenuhi standar Badan Kesehatan Dunia (WHO) yakni 1.000 tes per 1 juta penduduk setiap minggu.

Total, hingga Rabu (16/9) kemarin, jumlah orang yang diperiksa secara kumulatif sebanyak 1.622.769 orang.

Ahli Kesehatan Masyarakat dari Universitas Indonesia Syahrizal Syarif berpendapat bahwa jumlah tes spesimen yang telah dilakukan masih kurang.

Dia mengakui untuk meningkatkan jumlah testing bukan perkara mudah. Sebab, menurut dia, hal tersebut sangat bergantung dari kesiapan fasilitas-fasilitas penunjang. Di antaranya seperti mesti tersedia laboratorium dengan peralatan lengkap, mesin PCR dan tenaga khusus terlatih yang mengoperasikannya.

Kata dia, pemerintah harus meningkatkan fasilitas-fasilitas penunjang untuk mengejar target tes spesimen.

"Nah, sekarang untuk mesin itu sampai mengeluarkan hasil, itu dibutuhkan 3 komponen yang diimpor. Pertama, namanya reagen ekstraksi RNA, kedua itu adalah media untuk transformasi spesimen, ketiga reagen spesimennya sendiri," kata dia.


Sejauh ini,  ada 343 laboratorium jejaring yang bekerja. Dari jumlah itu, sebanyak 232 lab RT-PCR , 80 lab TCM (Tes Cepat Molekuler) dan 31 lab RT-PCR dan TCM.

Kasus positif Virus Corona (Covid-19) di Indonesia per Rabu (16/9) mencapai 228.993 orang. Dari jumlah itu, 164.101 dinyatakan sembuh dan 9.100 meninggal dunia.

Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair), Windhu Purnomo, mengatakan target angka pemerintah masih di bawah standar 1 persen jumlah penduduk, yaitu sebanyak 2.700.000 testing. Perhitungan di atas dengan bersandar pada jumlah penduduk Indonesia sebanyak 270 juta jiwa.

"Jumlah orang yang diperiksa per hari sebanyak 30.713, itu masih di bawah standar yang seharusnya, 270.000 dibagi 7, yaitu 38.572 testing," kata Windhu saat dihubungi CNNIndonesia.com.

Testing sebagai salah satu aspek pengendalian pandemi untuk penyakit menular, menurut Windhu, masih memiliki kendala. Pasalnya, tes tidak dilakukan secara proporsional.

Mengutip data Kementerian Kesehatan, ia menuturkan baru ada enam provinsi yakni DKI Jakarta, Yogyakarta, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara dan Sumatera Barat saja yang sudah memenuhi standar minimum jumlah testing 1.000 per 1 juta penduduk setiap pekan.

Windhu menambahkan, ia mengambil contoh Sulawesi Tengah yang hanya melakukan pemeriksaan terhadap 57 orang dalam satu minggu.

"Bayangkan seharusnya 1.000 enggak sampai 100. Jadi, artinya secara proporsional tidak merata distribusi ini. Hanya di beberapa tempat yang bagus, Jawa Timur saja masih separuh," ujarnya.

Ia minta pemerintah bersungguh-sungguh untuk mengejar jumlah testing dengan melakukan pelacakan (tracing). Menurut dia, semakin besar jumlah orang yang menjalani tes, maka bisa memutuskan rantai penularan kasus di masyarakat.

"Jumlah testing makin besar kalau tracing-nya bagus. Karena kita bisa melacak banyak kontak erat. Jadi, setiap yang positif itu bisa dicari sampai 30 dan itu semua bisa dites," ucap Windhu.

"Jadi, kalau semua bisa diisolasi setelah semua positif, itu kan pandemi bisa teratasi dengan cepat. Selain dengan soal kedisiplinan warga, tapi testing ini yang harus dikejar dan merata," lanjutnya.

Sementara itu, Epidemiolog Unair Laura Navila Yamani berpendapat bahwa kapasitas jumlah testing harus melihat tingkat positivity rate di suatu wilayah. Data terakhir menunjukkan tingkat positivity rate secara nasional berada di angka 14,1 persen.

Positivity rate ini diukur dari perbandingan antara jumlah hasil positif dengan jumlah kasus yang diperiksa spesimen.

Standar aman positivity rate yang ditetapkan oleh WHO yakni sebesar lima persen.

"Kalau kasus positivity rate masih di atas 5 persen bahkan misal 10-20 persen, artinya jumlah pemeriksaan ini walaupun ditambah terus, tapi kalau positivity rate tinggi, tetap masih belum bisa diandalkan jumlahnya. Artinya harus terus ditambah," kata Laura.

CNNIndonesia.com sudah berupaya menghubungi Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Covid-19, Wiku Adisasmito guna mengetahui ketersediaan dan kesiapan sarana dan prasarana fasilitas kesehatan dalam melakukan testing. Namun, hingga berita ini ditulis ia tidak menjawab.

Namun, pada akhir Juli lalu, Wiku sempat menjelaskan beberapa kendala dalam meningkatkan jumlah testing. Terutama saat itu pihaknya kekurangan sumber daya manusia untuk bekerja di laboratorium.

Kendala lainnya adalah jam operasional laboratorium. Beberapa laboratorium rumah sakit dan milik pihak swasta tak memberikan jasa pemeriksaan spesimen pada hari Minggu.

Ia menyebut Satgas Covid-19 juga menemukan kendala dalam pengiriman sampel spesimen Covid-19. Pada hari-hari tertentu kerap terjadi antrean panjang di laboratorium yang ada.

"Kita juga harus meningkatkan jam operasional lab dan jejaring lab yang ada, pengiriman sampel juga diatur sehingga tidak terjadi antrean panjang," kata Wiku di Kantor Presiden, Kamis (27/8).

(ryn/ugo/CNN)

Virus Corona Presiden Joko Widodo Covid 19


Loading...