Kita mungkin hidup di zaman yang sulit menjaga malu. Tapi justru di sinilah nilainya menjadi lebih tinggi. Malu di tengah budaya pamer adalah bentuk keberanian spiritual. Malu di tengah fitnah digital adalah bukti bahwa hati masih berdenyut dengan cahaya iman.
Mari kita jaga agar hati kita tetap hidup. Dengan menundukkan pandangan, menahan lisan, dan menyaring apa yang kita tunjukkan ke dunia. Karena barangkali di antara tanda paling indah dari hidupnya hati adalah ketika seseorang masih bisa bergetar saat berbuat salah — dan bersegera kembali kepada Tuhannya.
Sebab orang yang masih bisa malu, sejatinya masih dicintai Allah. 🌙