Bandingkan dengan sebagian pejabat di negeri konoha, Mereka pandai menggelar forum dengar pendapat, safari turun ke daerah, atau menyapa rakyat lewat media sosial. Tetapi sering kali, yang didengar tidak menjadi pijakan keputusan. Aspirasi rakyat hanya mampir di telinga, lalu hilang dalam ruang-ruang rapat. Keputusan yang lahir justru kadang berseberangan dengan apa yang didengar.
Di sini letak perbedaannya: Ketua RT mendengar untuk memberi solusi, pejabat kadang mendengar hanya untuk memberi citra.
Ketua RT tahu bahwa mendengar tanpa solusi hanya akan melukai kepercayaan warganya. Karena itu, ia memilih mendengar dengan hati, lalu bergerak dengan aksi.
Fenomena ini seharusnya menjadi sindiran, sekaligus pelajaran. Kepemimpinan itu bukan soal skala besar atau kecil. Bukan soal gedung parlemen , kantor pemerintahan , atau balai RW. Hakikatnya sama: bagaimana seorang pemimpin menghadirkan solusi nyata dari apa yang ia dengar.