Chiuri dan Aksentuasi Penting Indra Peraba di Dior Couture

Chiuri dan Aksentuasi Penting Indra Peraba di Dior Couture
vogue
Editor: Admin Hot News —Selasa, 6 Juli 2021 11:26 WIB

TERASJABAR.ID -- 

Christian Dior menjadi rumah mode pertama yang mengadakan show haute couture yang diadakan dengan secara fisik dengan kehadiran tamu undangan sejak pandemi Covid-19.

Di Eropa, beberapa pembatasan-pembatasan sudah tidak diberlakukan, dan suasana 'back to normal' sudah mulai terasa.


Seakan seperti mengantisipasi mood yang menjadi lebih ceria dan terbuka, sang desainer, Maria Grazia Chiuri, menciptakan koleksi yang lebih nyata dan praktis, jauh dari fantasi negeri dongeng seperti beberapa koleksi di tengah pandemi tahun lalu.

Namun seperti sebelumnya, ia secara konsisten menekankan pentingnya eksplorasi teknik-teknik yang langka dan terancam punah.

Setelah sempat melibatkan artisan asal Maroko, Meksiko, Indonesia, dan yang terbaru dari Yunani, ia kembali mengangkat pentingnya kreativitas, tradisi, dan esensi budaya dimana perempuan sering kali menjadi pemegang estafet savoire faire, atau kecakapan teknik tertentu, yang sangat krusial di haute couture dan biasanya diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui praktik dan lis
Kali ini, ia bekerja sama dengan para perajin di India, di sebuah sekolah yang juga menerima dukungan dan bantuan dari Dior.
Meskipun secara siluet tidak tampak sesuatu yang berbeda atau kontroversial dalam koleksinya kali ini, Chiuri ternyata terinspirasi bukuThread of Lifekarya Clare Hunter dengan lebih menonjolkan teknik-teknik tenun, sulaman, dan bordiran.Untuk set panggung runway Christian Dior haute couture musim gugur 2021 ini, Chiuri mengajak seniman Eva Jospin untuk menyulap venue di Museum Rodin dengan menciptakan 'Chambre de Soie.' Chambre de Soie adalah sebuah kamar sutra, yang dibalut dengan kain sutra yang penuh embroideri seluas 350 meter persegi dengan motif yang mengingatkan pada Salle aux Broderie di Kastil Colonna Roma yang terinspirasi dari sulaman India.

Teknik konstruksi warp and weft, dimana kain akan tampak memiliki tekstur yang lebih 'hidup', kemudian dililit, diikat, atau dipilin menjadi gaun-gaun panjang. Beberapa tampilan wajib Bar Jacket juga dibuat dengan beberapa modifikasi. Warna-warna favorit Monsieur Dior seperti powder blue dan warna-warna pastel serta warna kulit juga mendominasi koleksi ini.

Secara keseluruhan, setiap ornamen dan anyaman dibuat sangat halus hingga nyaris terlihat seperti bagian utuh dari setiap look dan bukan hanya sebagai dekorasi. Motif kotak-kotak, bahan tweed, tekstur yang kasat mata, hingga dimensi-dimensi taktil baginya amat penting di dunia pascapandemi.

Menurutnya, pakaian haruslah memiliki kualitas tidak hanya secara virtual, tetapi juga memiliki keindahan yang bisa dirasakan melalui perabaan dan sentuhan, dan di antara livestream, Youtube, dan IGTV, kualitas ini adalah sebuah kemewahan yang sebenarnya.

FOLLOW JUGA:






View this post on Instagram

A post shared by Teras Jabar (@terasjabar.id)






(CNN INDONESIA)

covid dior fhasion


Loading...