Beberapa Ruas Jalan di Kota Bandung Ditutup Selama 3 Kali Sehari, Langsung Menuai Reaksi, Ini Kata Pedagang dan Pengemudi Ojek Online

Beberapa Ruas Jalan di Kota Bandung Ditutup Selama 3 Kali Sehari, Langsung Menuai Reaksi, Ini Kata Pedagang dan Pengemudi Ojek Online
Ilustrasi (Tribun Jabar/Ery Chandra : Google)
Editor: Epenz Hot News —Sabtu, 19 September 2020 09:13 WIB

Terasjabar.id - Penutupan kembali sejumlah ruas jalan di Kota Bandung, Jumat (18/9/2020), langsung menuai reaksi.

Sejumlah pelaku usaha menyatakan keberatan.

Mereka menganggap penutupan jalan ini secara tak langsung telah mematikan usaha mereka.

Apalagi penutupan dilakukan tiga kali sehari selama paling tidak 14 hari ke depan.

"Ini mah seperti mau mematikan ekonomi di Pasar Baru. Padahal, Pasar Baru ini episentrum ekonomi Kota Bandung. Kalau jalannya ditutup, kegiatan ekonomi di sekitarnya seperti di Banceuy dan Dulatip juga terdampak," ujar Ketua Himpunan Pedagang Pasar Baru (HP2B), Iwan Suhermawan, Jumat (18/9/2020).

Untuk mengurangi kerumunan yang bisa memicu penyebaran Covid-19 di Kota Bandung, mulai kemarin, Pemkot Bandung bersama Polrestabes Bandung memberlakukan penutupan di lima ruas jalan protokol.

Kelima ruas jalan yang ditutup adalah Jalan Asia Afrika-Tamblong, Jalan Otista-Suniaraja, Jalan Purnawarman-Riau, Jalan Merdeka-Riau, dan Jalan Merdeka-Jalan Aceh.

Pada pagi hari, penutupan bakal dilakukan mulai pukul 09.00 hingga pukul 11.00.

Penutupan kemudian kembali dilakukan pukul 14.00 hingga 16.00, dan dilakukan kembali pukul 21.00 hingga pukul 06.00.

Khusus weekend, penutupan juga dilakukan di ring dua yaitu Jalan Lingkar Selatan dan ring tiga di perbatasan diperketat.

Wali Kota Bandung, Oded M Danial, mengatakan penutupan jalan i ni terpaksa diberlakukan karena jumlah kasus baru Covid-19 kembali meningkat.

"Program ini dalam rangka mengingatkan masyarakat bahwa pandemi ini masih ada. Mudah-mudahan masyarakat bisa memahaminya," kata Oded, di Hotel Preanger Bandung, kemarin.

Oded menjamin buka tutup tidak mengganggu sektor ekonomi karena buka tutup hanya dilakukan per dua jam. " Masyarakat yang bekerja di jalan yang tutup bisa masuk dengan menunjukkan identitas," ujar Oded.

Hal senada juga dikatakan Kapolretabes Bandung, Kombes Pol Ulung Sampoerna.

Menurutnya, buka-tutup jalan tidak akan menyulitkan warga, karena saat jam masuk kerja jalan dibuka, kemudian saat istirahat jam makan siang dibuka juga, begitu juga saat pulang kerja.

Ulung juga mengatakan buka-tutup sejumlah ruas jalan ini memang bertujuan untuk membatasi ruang gerak masyarakat sehingga tidak terjadi kerumunan.

"Itu sebabnya, saat dilakukan penutupan, bukan saja kendaraan bermotor yang tidak boleh masuk. Sepeda dan para pejalan kaki pun tidak tidak bisa masuk karena filosofinya menjaga kerumunan. Jangan ada kerumunan orang," ujar Ulung.

Ulung mengatakan petugas akan melakukan penjagaan selama 24 jam sehari. Ia meminta semua warga mentaati aturan.

"Cimahi sudah zona merah. Kita menjaga agar imbasnya jangan sampai ke Kota Bandung, makanya perbatasan diperketat, " ujar Ulung.

Tidak Tepat

Pakar kebijakan publik dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Cecep Darmawan, mengatakan Pemkot Bandung seharusnya cermat mengidentifikasikan pokok permasalahannya sebelum memutuskan menerapkan kebijakan tersebut.

"Naiknya Covid-19 itu (kasus positif) dari faktor apa? Kalau dari kerumunan dan orang tidak pakai masker, harusnya yang diperketat itu tempat-tempat kerumunan," ucapnya.

"Tempatkan petugas di sana (untuk menegakkan aturan), bukan menutup jalannya. Jalan itu akses publik, banyak orang yang berkepentingan dengan jalan, ada yang hanya lewat saja bukan untuk berkerumun," kata Cecep.

Idealnya, kata Cecep, tim Gugus Tugas Penanganan Percepatan Covid-19 Kota Bandung lebih proaktif dalam melakukan pengawasan penerapan protokol kesehatan di ruang-ruang publik yang berpotensi ada kerumunan.

"Jangan sampai masalahnya A ditanganinya dengan cara B. Ini jadi tidak nyambung. Kurang tepat memblok jalan itu. Jangan menyederhanakan persoalan," kata Cecep.

"Seharusnya, seperti saya bilang tadi, tempat yang ada potensi berkerumun, itu yang diawasi, itu yang benahi, warga yang melanggar ditegur. Ini memang membutuhkan banyak aparat, makanya bisa bekerja sama dengan tokoh masyarakat, supaya ikut mengawasi."

Kirim Surat

Ketua HP2B Iwan Suhermawan, mengatakan meski baru hari pertama, penerapan buka-tutup jalan sudah terasa dampaknya.

Apalagi sejak diizinkan kembali beroperasi, Pasar Baru belum begitu ramai.

"Dampaknya terasa banget, sudah sepi sekarang jalannya ditutup jadi semakin sepi," ujarnya.

Menyusul penutupan jalan ini, perwakilan pedagang, kata Iwan, akan menggelar rapat.

"Kami berencana membuat surat keberatan Jalan Otista ditutup ke Gugus Tugas dan Pemkot Bandung. Penutupan jalan pada pagi dan siang itu bertentangan dengan kebijakan relaksasi ekonomi. Kalau ditutupnya malam tidak masalah," ujar Iwan.

Kemarin, keberatan juga diungkapkan sejumlah pengemudi ojek online.

"Penutupan ini bagi saya jelas menyusahkan. Sebab, orderan yang dekat, karena jalannya ditutup jadi harus muter jauh," ujar ujar Wahyu Saputra, pengemudi ojek online saat ditemui  di Jalan Suniaraja, kemarin.

Menurutnya, kebijakan buka tutup jalan sebaiknya dikaji ulang dengan mempertimbangkan para pekerja yang biasa keliling melintasi jalan-jalan utama di Kota Bandung.

"Harapannya cepat dibuka lagi, kan (pendapatan) order tetap saja segitu," katanya.

Keberatan juga diungkapkan Azis, pengemudi ojek online lainnya.

"Ini merepotkan bagi pengemudi ojek online. Kami harus muter-muter sebelum sampai ke tujuan," ujarnya.

Disadur dari Tribunjabar.id (nazmi abdurahman/tiah sm/cipta permana)

Pandemi Virus Corona Penutupan Ruas Jalan Kota Bandung Pasar Baru


Loading...