Saran Ahli Agar RI Bisa Gelar Tes Massal Cepat Seperti China

Saran Ahli Agar RI Bisa Gelar Tes Massal Cepat Seperti China
Editor: Malda Hot News —Jumat, 29 Mei 2020 09:10 WIB
Ilustrasi tes massal virus corona di China. (AP)
Terasjabar.id -- Epidemiolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman menyatakan ada sejumlah strategi yang harus dilakukan oleh Indonesia untuk meningkatkan kapasitas pengujian virus corona SARS-CoV-2. Dia mengatakan hal utama yang dapat mewujudkan peningkatan adalah penambahan jumlah laboratorium dan sumber daya manusia.

"Pertama meningkatkan jumlah laboratorium yang terlibat dan jumlah SDM yang ada," ujar Dicky kepada CNNIndonesia.com, Kamis (28/5).

Dicky menuturkan hal kedua yang perlu dipenuhi adalah sarana dari laboratorium untuk pengujian. Dia mengatakan laboratorium meningkatkan kecepatan hasil yang keluar dan didukung peningkatan ketersediaan reagen.

Dia berkata indikator kedua juga perlu didukung dengan bertambahnya ketersediaan mesin pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR).

Lebih lanjut, Dicky menyebut pemerintah Indonesia harus menggunakan strategi pooling testing yang telah dilakukan sejak awal Perang Dunia ke-2 saat wabah sifilis, Human Immunodeficiency Virus (HIV), dan Covid-19 di Jerman, Israel, hingga Wuhan, China.

"Strategi pooling test atau pemeriksaan secara group telah dilakukan di Wuhan dengan tujuan percepatan hasil dan peningkatan coverage," ujarnya.


Dicky menceritakan pooling test yang dilakukan di Wuhan dilakukan dengan mengambil 10 sampel untuk satu test. Bahkan, dia berkata jumlah sampel bisa lebih banyak pada area yang prevalensinya rendah.

"Saat ini saya sedang membantu DKI untuk memformulasikan strategi pooling test ini," ujar Dicky.

Di sisi lain, Dicky menyampaikan semakin banyak pemerintah melakukan test maka akan semakin besar peluang untuk menemukan penderita Covid-19 yang selanjutnya dapat dilakukan perawatan dan isolasi untuk mencegah potensi penularan, ditambah dengan pelacakan kasus.

"Manfaat lain adanya testing yang jumlahnya ideal akan memberikan gambaran kondisi pandemi yang terjadi di suatu wilayah," ujarnya.


Sebelumnya, Pemerintah Kota Wuhan, China, dilaporkan telah melakukan tes virus corona ke lebih dari 6,5 juta warga hanya dalam waktu sembilan hari dan tanpa dipungut biaya.

Langkah ambisius itu dilakukan pemerintah Wuhan demi mencegah gelombang kedua penularan corona di kota yang menjadi tempat virus pertama kali terdeteksi dan menyebar ke seluruh dunia.

Pemeriksaan massal ini dilakukan pemerintah kota setelah menemukan enam kasus corona lokal baru pada awal Mei lalu.

Berdasarkan lembaga penyiaran pemerintah China, CCTV, pihak berwenang Wuhan berhasil mengumpulkan lebih dari sembilan juta sampel uji swab warga selama 15-23 Mei, yang berarti 80 persen dari total 11 juta penduduk kota telah menjalani pemeriksaan corona.

New York Times melaporkan ribuan petugas medis langsung menjangkau daerah-daerah padat penduduk termasuk pasar-pasar dan area konstruksi untuk memeriksa warga terutama para buruh. 

Sebagian petugas medis lainnya melayani panggilan ke rumah untuk melakukan tes terhadap warga lanjut usia dan penyandang disabilitas demi memudahkan pemeriksaan.


Pihak berwenang Wuhan mengimbau seluruh warga mendaftarkan diri untuk menerima pemeriksaan demi kebaikan mereka sendiri.

Hingga Selasa (26/5), pemerintah setempat menemukan 200 kasus baru virus corona yang sebagian besar dialami oleh pasien tanpa gejala sama sekali.

Sejak dua pekan terakhir, pemerintah Kota Wuhan terus mendorong lembaga kesehatan, rumah sakit, hingga laboratorium baik milik pemerintah maupun swasta untuk meningkatkan kapasitas pengujian demi menunjang pemeriksaan massal dan cepat ini.

Dikutip dari CNN, sebagian besar laboratorium di ibu kota Provinsi Hubei itu kini meningkatkan kapasitas pengujian dari semula 46 ribu sampel menjadi 1,47 juta sampel dalam sehari.

Pemerintah Wuhan disebut bertekad untuk memeriksa seluruh warganya. Para petugas medis diperintahkan untuk "memeriksa setiap celah wilayah" hingga pergi langsung ke setiap pintu rumah warga untuk mengantar mereka ke pos pemeriksaan terdekat.

Salah satu distrik bahkan memperingatkan akan menurunkan peringkat kesehatan dalam kode QR setiap warga yang menolak untuk dites. Hal itu bisa berpotensi membatasi hak seseorang untuk bepergian.

(jps/DAL/CNN)

Virus Corona Indonesia Tes Masal China


Loading...