TERASJABAR.ID – Patrick Kluivert, pelatih baru Timnas Indonesia, tak membuang waktu untuk menancapkan pengaruhnya jelang debut resmi melawan Australia pada Kamis, 20 Maret 2025 di Sydney Football Stadium.
Dalam laga lanjutan putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia ini, legenda sepak bola Belanda tersebut memusatkan perhatian pada satu aspek krusial: ketajaman finishing para penyerang Skuad Garuda. Dengan waktu persiapan yang singkat usai menggantikan Shin Tae-yong pada Januari 2025.
Kluivert bertekad memperbaiki kelemahan penyelesaian akhir yang kerap menjadi batu sandungan timnas, demi mencuri poin dari Socceroos di kandang mereka.
Sejak mengambil alih kendali Timnas Indonesia, Kluivert langsung menganalisis performa tim di enam laga sebelumnya pada putaran ketiga. Meski berhasil mencatatkan dua kemenangan, satu imbang, dan tiga kekalahan, produktivitas gol Garuda masih jauh dari ideal.
Dari enam gol yang tercipta, hanya dua yang datang dari situasi open play, sisanya dari set-piece atau blunder lawan. Statistik ini menjadi sorotan Kluivert, terutama setelah laga imbang 0-0 melawan Australia pada September 2024 di Jakarta, di mana beberapa peluang emas gagal dikonversi menjadi gol.
” Finishing adalah sesuatu yang harus kami perbaiki. Kami punya pemain dengan kecepatan dan kreativitas, tapi kalau tidak bisa menyelesaikan peluang, kami tidak akan menang,” ujar Kluivert dalam sesi konferensi pers di Sydney, Rabu, 19 Maret 2025.
- Rebutan di La Liga! Barcelona dan Atletico Bersaing Dapatkan Marcos Senesi
- Kaleidoskop 2025: Kebocoran Harta Negara dan Perang Terbuka Lawan Mafia Tambang
- Dapur MBG Mogok Produksi Terkendala Dana Dari Pusat Tidak Cair
- Rumah Abah Suha di Cibingbin dan Rumah Abah Astam di Tundagan Ambruk
- Peletakan Benda Mirip Bom di Depan Gereja GKPS Kosambi, Polisi Tetapkan 7 Orang Tersangka
Mantan penyerang Barcelona dan AC Milan ini menilai bahwa para penyerang Indonesia, seperti Rafael Struick, Ragnar Oratmangoen, Marselino Ferdinan dan yang terbaru Ole Romeny, memiliki potensi besar, tetapi kurang klinis di depan gawang realitas yang ia rasakan sendiri saat menjadi predator kotak penalti di era keemasannya.
Kehadiran Ole Romeny, striker naturalisasi anyar dari FC Utrecht, dan Septian Bagaskara, topskor sementara BRI Liga 1 dari Dewa United, menjadi amunisi tambahan yang diandalkan Kluivert
Romeny, dengan postur 1,88 meter, dipersiapkan untuk duel udara melawan bek Australia seperti Harry Souttar, sementara Septian diasah untuk menjadi ujung tombak yang tajam dalam skema serangan balik. “Mereka punya kualitas. Saya hanya perlu pastikan mereka tahu kapan dan bagaimana menyerang gawang,” tambahnya.

















