TERASJABAR.ID – Eskalasi konflik antara Iran dan Israel yang semakin memanas sejak pertengahan Juni 2025 telah mengguncang pasar energi global, khususnya harga minyak mentah dunia.
Ketegangan ini dipicu oleh serangan udara Israel terhadap fasilitas energi dan militer Iran pada 13 Juni 2025, yang dibalas oleh Iran dengan serangan rudal ke kota-kota strategis Israel seperti Haifa dan Tel Aviv. Dampaknya, harga minyak mentah Brent melonjak hingga 13% ke level US$78,50 per barel pada 13 Juni 2025, level tertinggi sejak Januari 2025, sebelum sedikit terkoreksi ke kisaran US$74-76 per barel pada 18 Juni 2025.
Indonesia, sebagai negara importir minyak, tidak luput dari imbas kenaikan harga minyak dunia ini. Para pengamat ekonomi memprediksi bahwa harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia, terutama BBM nonsubsidi seperti Pertamax, berpotensi naik dalam waktu dekat. PT Pertamina (Persero) telah mengumumkan bahwa mereka akan mengevaluasi harga BBM nonsubsidi pada akhir Juni 2025, dengan mempertimbangkan fluktuasi harga minyak dunia, nilai tukar rupiah, dan pajak.
Penyebab Lonjakan Harga Minyak Dunia
Konflik Iran-Israel memicu kekhawatiran akan gangguan pasokan minyak global, terutama karena Iran adalah salah satu produsen minyak terbesar di dunia dan memiliki pengaruh signifikan atas Selat Hormuz, jalur strategis yang dilalui sekitar 20% perdagangan minyak dunia. Ancaman Iran untuk menutup Selat Hormuz sebagai respons terhadap serangan Israel dapat memperburuk situasi, dengan proyeksi harga minyak dunia bisa mencapai US$120-130 per barel jika skenario ini terjadi.