Eksekusi daerah: disparitas kapasitas perlu diatasi lewat coaching, benchmarking, dan pendampingan teknis.
Mitigasi yang disarankan: zero-based budgeting untuk pos-pos rawan pemborosan, kontrak kinerja lintas level pemda–kementerian, serta dasbor publik yang menampilkan progres program prioritas—supaya rakyat bisa menjadi juri real-time.
Epilog: Humor Sufistis & Harapan Realistis
Kata guru saya, “Jika pidato adalah api, maka niat yang tulus adalah sumbu. Tanpa sumbu, api cepat padam.” Karena itu, setelah tepuk tangan reda, mari beningkan hati dan rapikan niat. Biar APBN bukan sekadar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, tetapi “Anggaran Penuh Berkah Nasional”. Dan untuk siapa pun yang masih nekat menggorogoti uang rakyat—malulah sedikit pada angin malam: ia lewat tanpa mengambil apa pun.
Harapan saya sederhana namun tegas:
Lumbung terisi, harga stabil, dan petani tersenyum.
Anak-anak kita kenyang, sekolah kuat, guru dihormati.
Puskesmas ramah, rumah sakit tidak menakutkan.
Listrik menyala terjangkau, industri bergerak percaya diri.
Pemerintah berjalan lurus, birokrasi sigap, audit cerdas.
Pak Presiden, peta perang sudah jelas, logistik dihitung, pasukan dipanggil. Kini saatnya orasi menjadi operasi, semangat menjelma sistem, dan janji berubah menjadi kejadian. Jalan ini panjang, tetapi kita punya tiga kompas di saku: keberanian, ketulusan, dan akal sehat. Dengan itu, pidato yang panas akan menjadi cahaya yang teduh—menerangi langkah Indonesia menuju merdeka, berdaulat, adil, dan makmur.
BRAL GEURA MIANG TANDANG MAKALANGAN