Sungai Citarum Tercemar Paracetamol dan Obat Epilepsi, Kandungannya 3 Kali Lipat dari Teluk Jakarta

Sungai Citarum Tercemar Paracetamol dan Obat Epilepsi, Kandungannya 3 Kali Lipat dari Teluk Jakarta
Tribun Jabar / Cikwan - Jembatan penyeberangan Sungai Citarum di Dusun Rumambe 1, Desa Anggadita, Kecamatan Klari Kabupaten Karawang yang dibangun Haji Endang.
Editor: Epenz Hot News —Senin, 21 Februari 2022 08:02 WIB

Terasjabar.id - Proceedings of The National Academy of Sciences 2022 menerbitkan hasil studi bahwa kandungan parasetamol dan obat kimia lainnya ditemukan di berbagai titik di Sungai Citarum.

Studi itu dilakukan peneliti University of York, Inggris. Dalam penelitiannya, mereka menemukan zat aktif seperti parasetamol, nikotin, carbamazepine yang sering digunakan untuk obat penyakit epilepsi.

Kandungan obat diabetes, metformin, juga ditemukan. Kemudian temuan lainnya berupa kandungan antibiotik.

Dikutip dari Kompas.com, data dari 10 lokasi pengambilan sampel di dua lokasi menunjukan, kadar parasetamol di Sungai Citarum mencapai 1630 nG/L dan 1590nG/L.

Temuan jumlah tersebut ternyata melebihi kandungan parasaetamol di Teluk Jakarta hasil penelitian BRIN dan Universitas Brighton, Ingris pada 2021.

Dalam temuannya, kandungan parasetamol di Teluk Jakarta tepatnya di Muara Angke mencapai 610 nG/L.

Zainal Arifin, peneliti ahli utama bidang pencemaran laut di BRIN, mengatakan, temuan parasetamol di Sungai Citarum dua kali lipat dengan temuan di Teluk Jakarta.

"Bahkan mungkin (kandungan parasetamol di Sungai Citarum) bisa jauh lebih tinggi lagi tiga atau empat kali lipat (dari Teluk di Jakarta)," terang Zainal Arifin dikutip dari Kompas.com, Minggu (20/2/2022).

Kandungan parasetamol itu berasal dari darat terutama dari limbah obatan-obatan dari instalasi pengelolaan limbah (IPAL) yang tidak maksimal.

Dugaan lainnya, berasal dari penggunaan parasetamol yang berlebihan seperti pembuangan obat sisa yang kadaluarsa atau dari industri yang tidak lelola limbah dengan baik.

"Saya kira kualitas air Citarum jelas berbeda dibanding 25 atau 50 tahun yang lalu, dan makin memburuk kualitas airnya, akibat beragam bahan pencemar," imbuhnya.

Temuan BRIN di Citarum, kata dia, ada keanekaragaman ikan yang turun drastis karena penurunan kualitas air Sungai Citarum.

Sebenarnya, kata dia, tidak hanya Sungai Citarum. Kondisi sungai di awa dan Sumatera juga mengalamai penurunan kualitas air.

"Hipotesis saya memang kualitas air sungai-sungai Pulau Jawa dan Sumatera cenderung menurun, saya tidak tahu di tingkat indonesia karena sangat tergantung pada kondisi wilayahnya," ujar Zainal.

"Namun hasil review tim kami terkait kualitas beberapa muara-muara sungai (estuari) di pesisir utara Jawa, pesisir timur Sumatera dan Pulau Kalimantan memiliki konsentrasi nutrient yang relatif tinggi. Jadi bukan parasetamol yang saya sebut di sini adalah nutrient (unsur hara) yang berlebih akibat aktivitas manusia di darat," sambungnya.

Sampel dari 104 negara

Adapun riset dari itu telah meneliti sampel dari 1.052 lokasi di 104 negara. Hasilnya, sekitar 25 persen dari 258 sungai yang sampelnya diteliti mengandung zat aktif obat-obatan pada tingkatan yang diyakini tidak aman bagi organisme perairan.

"Biasanya, yang terjadi adalah kita mengonsumsi zat kimia ini. Zat tersebut menghasilkan efek yang diinginkan kemudian meninggalkan tubuh kita," ungkap ketua tim penelitian, Dr John Wilkinson dilansir dari BBC, Selasa (15/2/2022).

"Apa yang kami ketahui kini adalah tempat pengolahan limbah air paling modern dan efisien sekalipun tidak sepenuhnya mampu mengurai zat-zat ini sebelum dibuang ke sungai atau danau," lanjutnya.

Dia menuturkan, bahwa obat yang paling banyak ditemukan di lokasi pengambilan sampel di antaranya carbamazepine yang biasa digunakan sebagai obat epilepsi, serta metformin yang dipakai sebagai obat diabetes.

Tiga zat lainnya yang paling banyak didapati adalah kafein, nikotin, dan paracetamol.

"Kami dapat mengatakan (dampak keberadaan limbah farmaseutikal di sungai) kemungkinan besar negatif. Tapi harus dilakukan tes masing-masing zat dan saat ini kajian seperti itu relatif sedikit," jelas Dr Veronica Edmonds-Brown, ahli ekologi perairan dari University of Hertfordshire, Inggris.

Sementara, sungai-sungai yang paling tercemar berada di negara dengan penduduk berpenghasilan rendah hingga menengah, termasuk Pakistan, Bolivia, dan Ethiopia.

Laporan tersebut juga menyebutkan, semakin banyak obat antibiotik di sungai maka bisa menyebabkan berkembangnya bakteri yang kebal terhadap antibiotik.

Hal ini tentunya akan merusak efektivitas obat dan pada akhirnya menimbulkan ancaman terhadap lingkungan, maupun kesehatan global.



Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Sungai Citarum Tercemar Paracetamol dan Obat Epilepsi, Kandungannya 3 Kali Lipat dari Teluk Jakarta, https://jabar.tribunnews.com/2022/02/21/sungai-citarum-tercemar-paracetamol-dan-obat-epilepsi-kandungannya-3-kali-lipat-dari-teluk-jakarta?page=all.

Sungai Citarum Studi Parasetamol Obat Kimia Proceedings of The National Academy of Sciences 2022


Loading...