Anak Lompat Pagar saat Rumah Diserang John Kei, Nus Kei Pegang Kuat Filsafat Ini: Kami Satu!

Anak Lompat Pagar saat Rumah Diserang John Kei, Nus Kei Pegang Kuat Filsafat Ini: Kami Satu!
Tribunjakarta.com
Editor: Malda Hot News —Selasa, 23 Juni 2020 12:47 WIB

Terasjabar.id - Kesaksian warga perumahan Green Lake City di Cipondoh, Kota Tangerang terkait kronologi penyerangan anak buah John Kei ke kediaman Nus Kei.

Warga yang enggan disebutkan namanya itu menjelasan, penyerangan anak buah John Kei itu membuat kaca rumah Nus Kei menjadi pecah.

Selain itu, anak-anak Nus Kei harus melompat ke rumah warga lainnya untuk menyelamatkan diri.

Saksi itu menuturkan, anak buah John Kei menyerang area cluster Australia karena mencari keberadaan Nus Kei.

Lebih lanjut, disebutkan anak buah John Kei itu mengendarai tiga mobil saat mendatangi rumah Nus Kei.

"Di mobil itu menurut anaknya, anaknya Nus Kei ya, itu ada sekitar penuh lah. Tiga mobil penuh, memang niat untuk menyerang," beber saksi.

Saat menyerang kawasan Green Lake City, anak buah John Kei tak segan melepaskan tembakan sebanyak tujuh kali, merusak gerbang perumahan, dan mengacak-acak rumah Nus Kei.

Akibatnya, satu orang sekuriti perumahan mengalami luka karena ditabrak anak buah John Kei dan satu pengendara ojek online tertembak di bagian kaki.

Sementara itu, penyerangan di Cengkareng menyebabkan satu anak buah Nus Kei berinisial ER tewas dan satu orang lainnya terluka.

Polisi kemudian menangkap John Kei dan 29 anak buahnya di markas mereka di Jalan Tytyan Indah Utama X, Bekasi, Jawa Barat pada Minggu sekitar pukul 20.15 WIB.

Polisi menyita sejumlah barang bukti di markas kelompok John Kei di antaranya 28 buah tombak, 24 buah senjata tajam, 2 buah ketapel panah, 3 buah anak panah, 2 buah stik bisbol, dan 17 buah ponsel.

Polisi menggiring John Kei setelah dihadirkan bersama anggota kelompoknya dalam rilis perkara yang dipimpin Kapolda Metro Jaya Irjen Nana Sudjana di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Senin (22/6/2020). John Kei bertanggung jawab dalam kasus permufakatan jahat, penganiayaan dan pembunuhan berencana terhadap Nus Kei dan anak buahnya, ER. ER tewas di Kosambi, Cengkareng, Minggu (21/6/2020). (inset) Petugas kepolisian berjaga-jaga usai olah tempat kejadian perkara di rumah kluster Australia, Green Lake City, Cipondoh, Kota Tangerang, Senin (22/6/2020). WARTA KOTA/NUR ICHSAN
Polisi menggiring John Kei setelah dihadirkan bersama anggota kelompoknya dalam rilis perkara yang dipimpin Kapolda Metro Jaya Irjen Nana Sudjana di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Senin (22/6/2020). John Kei bertanggung jawab dalam kasus permufakatan jahat, penganiayaan dan pembunuhan berencana terhadap Nus Kei dan anak buahnya, ER. ER tewas di Kosambi, Cengkareng, Minggu (21/6/2020). (inset) Petugas kepolisian berjaga-jaga usai olah tempat kejadian perkara di rumah kluster Australia, Green Lake City, Cipondoh, Kota Tangerang, Senin (22/6/2020). WARTA KOTA/NUR ICHSAN (Kolase TribunJakarta.com/Annas Furqon Hakim/Warta Kota/Nur Ichsan)

Kini, John Kei dan 29 anak buahnya telah ditetapkan sebagai tersangka kasus penyerangan, penganiayaan, dan pembunuhan berencana.

Mereka dijerat Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951, Pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana, Pasal 169 KUHP, Pasal 170 KUHP, dan Pasal 351 KUHP dengan ancaman hukuman mati.

Nus Kei pegang kuat filsafat ini

Nus Kei akhirnya buka suara terkait peristiwa penyerangan yang dilakukan kelompok John Kei di rumahnya.

Ditemui di pemakaman rekannya YDR, Nus Kei menceritakan awal perseteruan mereka karena masalah tanah di Kota Ambon, Maluku.

"Memang ada sebuah pekerjaan yang ada di Kota Ambon, provinsi Maluku sana, tetapi itu sudah selesai. Namun, cuma karena tak ada kesabaran dari ponakan saya, akhirnya terjadi seperti kemarin," ucap Nus Kei dikutip TribunJakarta.com dari YouTube TV One, pada Senin (22/6/2020).

Dengan peristiwa berdarah terjadi itu, Nus Kei berharap kejadian serupa tak akan kembali terjadi.

"Kami berharap kejadian kemarin menjadi yang terakhir kami berharap itu dikubur bersama keponakan saya yang dikubur sekarang. Semoga jangan terulang lagi, saya posisikan diri sebagai orangtua, paman," kata Nus Kei.

Lebih lanjut, Nus Kei menjelaskan ia memiliki hubungan persaudaran dengan Joh Kei.

Terlebih, ia memegang kuat filsafat marga Kei yakni 'Ain ni ain, vu’ut ain mehe ngifun, manut ain mehe tilur'.

"Kami ini satu, kami ini kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, kami orang Kei, Ain ni ain, vu’ut ain mehe ngifun, manut ain mehe tilur kami pikir suku-suku lain tidak punya filsafat itu, dan itu sangat mengikat kami," ucap Nus Kei.

Pembunuhan YBR dan perusakan rumahnya, menurut Nus Kei karena sang keponakan tak bisa mengontrol emosi.

"Ini cuma karena emosi, keponakan saya tidak bisa kontrol emosi," kata Nus Kei.

Saat mendekam di Nusakambangan, John Kei diketahui pernah diwawancara oleh salah satu media televisi.

John Kei mengaku kala itu ingin berubah dan bertobat.

Nus Kei memercayai pernyataan John Kei, dan berharap ia benar-benar kembali ke jalan yang benar.

"Saya berharap dia wawancaranya dia bisa berubah. Saya selalu berdoa, saya percaya kepada Tuhan suatu saat dia akan berubah dan dia akan kembali ke jalan yang benar," tambahnya.

Nus Kei kemudian berkata dia dapat menjamin peristiwa berdarah itu tak akan terjadi lagi.

"Saya keluarga saya kami semua berdoa meminta jangan ada terjadi seperti ini. Ini membuat kami malu. Saya garansikan itu," ujar Nus Kei.

Nus Kei lalu mengaku akan berusaha mewujudkan perdamaian.

"Saya berusaha melakukan rekonsiliasi, untuk mendamaikan seluruh orang Kei yang ada di Jakarta. Saya pegang filsafat itu, Ain ni ain, vu’ut ain mehe ngifun, manut ain mehe tilur," jelas Nus Kei.

(Tribunjakarta.com)


Nus kei John kei Ponakan Tanah Anak


Loading...