TERASJABAR.ID – Pameran tunggal Asep Dheny di LQ Forest Desa Setia Negara, Kecamatan Cilimus, Kuningan, mendapat apresiasi positif dari berbagai kalangan.
Termasuk Wakil Bupati Kuningan Tuti Andriani, Kepala Disporapar Kuningan Asep Budi Setiawan, Owner LQ Forest Teh Lilis, Kabid Kebudayaan, mahasiwa, pelajar dan sejumlah seniman.
Pameran Tunggal yang berlangsung 18–28 Oktober 2025 ini mengusung tema “Krisis Identitas” dengan menampilkan 40 karya orisinal perupa Legendaris Asep Dheny yang dikenal sebagai Presiden Republik Sandal Jepit.
Melalui karya rupa, instalasi, media silang, dan narasi visual, Asep Dheny mengajak publik memasuki ruang renung. Pameran ini menyajikan serangkaian lukisan sandal jepit sebagai metafora perjalanan manusia.
Sandal jepit, benda sederhana yang kerap dianggap remeh-temeh, dijadikan medium untuk mengeksplorasi sisi terdalam kehidupan: mulai dari kerasnya realitas sosial-politik, pencarian spiritual, hubungan manusia dengan alam, hingga dinamika cinta. “Setiap karya membawa “jejak cerita” yang absurd, menggelitik, dan reflektif, tutur perupa pituin Kuningan ini.
“Krisis identitas bukan hanya sekadar siapa kita, tapi bagaimana kita dipaksa menjadi sesuatu yang bukan diri kita,” ungkap Asep Dheny.
Melalui Pameran Tunggal ini, masyarakat diajak mengapresiasi, dan merasakan absurditas yang dekat dengan keseharian kita, karena sesungguhnya setiap langkah adalah jejak identitas itu sendiri.
Asep Dheny dikenal sebagai seniman visual yang konsisten mengusung kritik sosial dan refleksi eksistensial lewat gaya surealis dan satiris.
Republik Sandal Jepit merupakan dunia visual ciptaannya, di mana sandal jepit tampil sebagai simbol kritik, kontemplasi, dan absurditas kehidupan modern.
Rangkaian Pameran tunggal “Krisis Identitas” ini tak hanya dihiasi karya Lukis, tapi diisi pula acara literasi bedah buku karya-karya penulis warga Kuningan dengan nara sumber Asep Budi Setiawan, Pandu Hamzah, monolog Sandal Jepit Ipung D Kusmawi dan ada pementasan tarian Iing Sayuti yang bukan sekedar gerak tapi pencarian diri. Lalu diskusi Literasi, performing Arts, screening film, dan diskusi hukum.
Meskipun lokasi pameran berada di kaki Gunung Ciremai, tak menyurutkan para penikmat seni untuk mengapresiasi beragam acara yang disajikan.
Semoga melalui pameran tunggal ini membawa energi positif berkesenian khususnya di Kuningan. “Terimakasih atas partisifasi suport dan kehadirannya,” pungkas Asep Dheny.***


















