ASEAN, khususnya Indonesia, disebut sebagai bright spot dalam pasar global, terlebih karena Indonesia memimpin ASEAN yang saat ini menjadi kawasan dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di tingkat regional.
Sehingga, pertumbuhan ekonomi global ke depan banyak bergantung pada dinamika di kawasan Indo-Pasifik, dimana Cina sebagai ekonomi besar di kawasan, bersama ASEAN, Jepang, dan Korea, diharapkan menjadi penggerak utama perekonomian dunia.
Dalam rangka menuju negara berpendapatan tinggi, salah satu sektor kunci yang sedang didorong Pemerintah adalah transformasi ekonomi, mulai dari hilirisasi industri, ekonomi hijau, dan digitalisasi.
Investasi hilirisasi Indonesia sepanjang Januari-September 2025 sudah mencapai Rp413,4 triliun.
Ke depan, hilirisasi diperluas ke bauksit, tembaga, timah, rumput laut, pertanian modern, dan terutama EV battery ecosystem.
Terkait ekonomi hijau, Indonesia memiliki potensi CCS hingga 600 gigaton. Sedangkan, dari sisi digitalisasi, nilai ekonomi digital Indonesia mencapai USD90 miliar di 2024 dan diproyeksikan meningkat menjadi USD360 miliar di tahun 2030.
Berbagai program peningkatan kapasitas talenta digital juga digalakkan, seperti Digital Talent Scholarship, HUB ID, dan Program Magang.
Selain itu, Pemerintah sudah menyiapkan stimulus melalui diskon tarif dan berbagai event guna mendorong mobilitas dan belanja masyarakat, seperti Diskon Transportasi mulai 22 Desember 2025 hingga 10 Januari 2026 dan 37 event besar akhir tahun serta Program Belanja Nasional yaitu EPIC Sale, Harbolnas, dan Program BINA Indonesia Great Sale dengan total target Rp110 triliun.
“Tentu tahun depan, tahun penentuan, dan saya berharap pada para CEO bisa optimis dan bisa mendorong investasi dan menciptakan lapangan kerja yang sangat diperlukan. Dan Indonesia berharap bahwa sebagai lokomotif di ASEAN, kita akan dorong bukan hanya pembangunan dari segi angka, tetapi juga pembangunan yang sifatnya berkelanjutan dan inklusif,” pungkas Menko.***














