TERASJABAR.ID – Masih terbersit dalam ingatan waktu Abah, saat fajar belum pecah, dan embun masih memeluk daun-daun, dengan menggunakan tongkat (padahal badan Abah masih tegap), menelusuri mataair.
Barangkali mampet, pikir Abah. Daun dan ranting ada yang kering. Setiap makhluk hidup, ternyata, sudah disambut maut. Daun hijau pun, atau ranting kuat sekalipun, ada saatnya jadi “kararas” atau “rokrak”, terus jatuh ke bumi.
Demikian tutur Asep Budi Setiawan mengenang Abah Enjen, Kuncen obyek wisata Darmaloka, Desa Darma, Kuningan, Kamis 5 Juni 2025.Lokasi wisata Darmaloka ini tidak jauh dari wisata Waduk Darma, jaraknya sekitar 500 meter. Sedangkan jarak dari pusat kota Kuningan 12 KM. Akses jalannya beraspal.
Abah Jen mengingatkan, dalam merawat lingkungan ini harus ada yang rajin. Tidak boleh “antepan” atau cuek. Sering bertanya, mengecek, agar mataair tetap terjaga. Ini sebuah kekhawatiran Abah. Sebab yang membutuhkan air bukan hanya ratusan, tapi sudah hitungan ribuan orang bahkan lebih.
Saya menikmati pohon-pohon yang sudah berumur. Laksana pertapa berjenggot. Agak susah menaksir usianya. Saat Abah masih kanak-kanak, lahir dan berumah tangga di bawah pohon, memang sudah sebesar ini. Sekarang belum berubah.