Menurut Kemenkeu, pihak swasta lebih paham perihal pemanfaatan sisi ekonomi dari aset-aset itu ketimbang pemda. Karenanya kolaborasi menjadi sangat penting antara pemda dengan swasta, tinggal bagaimana kemudian transparansi bentuk kerja samanya.
“Nilai aset kita hitung dibantu oleh Kemenkeu. Lalu kita lihat apa yang bisa dilakukan pemda, kemudian dengan swasta kerja samanya seperti apa dan berapa lama,” katanya.
Dirjen memberikan contoh lain kolaborasi di antaranya Gelora Bung Karno (GBK) dan Sirkuit Mandalika. Perihal Sirkuit Mandalika misalnya, sebagai kawasan berikat mendapatkan bebas fasilitas perpajakan, baik pajak dari pabean sebagai bentuk dukungan.
“Tentunya banyak yang kami yakin kita bisa bantu. Dalam sisi pendanaan pusat, kita bisa bantu dalam hal asetnya, appraisalnya, dan kita bisa bantu dalam bentuk insentif fiskalnya. Ini yang menurut kami bisa dimanfaatkan oleh pemda, kemudian bisa kerja sama dengan swasta yang melihat itu,” jelasnya.
Dirjen menyakini kolaborasi dengan dukungan penuh dari Pemerintah Pusat bisa menghasilkan banyak efek berganda bagi semua bidang. Meliputi pariwisata, ekonomi, bisnis, kesehatan, hingga produktivitas generasi muda.
“Kalau masif kita lakukan pada seluruh daerah di Indonesia, kami yakin bisa jadi potensi pertumbuhan ekonomi kita. Terbukti di level dunia, kontribusi dari olahraga cukup besar dan nilainya sangat masif,” ujarnya.
Karena itu Kemenkeu sangat mendukung penyelenggaraan forum ISS ini oleh Kemenpora dan siap mendukung lebih lanjut. Sehingga apa yang dibicarakan bukan hanya sebatas diskusi tetapi menjadi langkah strategis yang penting.
“Apalagi Pak Menpora punya pengalaman menghubungkan antara pemerintah dengan swasta. Misalnya GBK yang sudah bisa menghasilkan profit, itu bisa dicontoh di tempat-tempat lain di indonesia,” pungkas Dirjen.***
















