Oleh: Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes (Pemerhati Telematika, Multimedia, AI dan OCB Independen – Sabtu, 22 Maret 2025)
TERWELU. Ya, Terwelu bukan Babi, meski Teror yang akan dibahas disini adalah soal Pengiriman kepala babi yang dipotong telinganya kepada Francisca Christy Rosana / Cica, host siniar Bocor Alus Politik Tempo, namun kata “terwelu” diatas adalah sebutan yang biasa saya gunakan untuk menggantikan kata “terlalu” alias kebangetan melihat jawaban dari isi Kepala Hasan Nasbi (HN), Orang yang dipercaya mengepalai Kantor Komunikasi Kepesidenan (KKK) atau yang sering menyebutnya sendiri (agar terlihat mentereng ?) sebagai Presidential Communication Office (PCO).
Artinya apapun kalimat yang keluar dari mulut seorang HN berdasarkan Isi Kepalanya sekarang adalah harus bisa dianggap sebagai jawaban resmi dari Istana, apalagi pelantikan HN selaku Kepala KKK / PCO tersebut resmi dilakukan di Istana Negara dan Gaji merekapun dibayarkan dengan uang rakyat. Belum lagi kalau melihat “gemuk”-nya institusi KKK / PCO saat ini yang mencapai lebih dari 50 (lima puluh) orang dengan 6 (enam) Juru Bicara / Jubir Istana yang useless saja, meskipun sebenarnya secara nama beberapa diantaranya merupakan sosok yang cukup dikenal seperti Philips Vermonte, Adita Irawati, Ujang Komaruddin dan Prita Laura. Sedangkan sisanya (Dedek Prayudi & Hariqo Wibawa Satria) memang tidak jelas kualitasnya dan sangat dipertanyakan kapabilitasnya.
Kata “useless” (baca: tidak berguna atau setidaknya hanya mirip Fufufafa = FUra-FUra tidak tahu aFA-aFA) ini sempat menjadi kesimpulan diskusi ilmiah yang diselenggarakan oleh Universitas Paramadina dengan tema ”Kepercayaan Publik yang Hilang: Urgensi Kredibilitas Komunikasi Pemerintahan Prabowo” pada hari Selasa, 11/03/25 pukul 16.00 – 18.00 WIB lalu di Kampus Kuningan, Trinity Tower Lt.45, Jalan H.R. Rasuna Said Jakarta dua pekan lalu. Diskusi yang dilaksanakan menjelang Buka Puasa dan ditutup dengan Sholat Magrib bersama ini berlangsung dengan pembahasan yang padat dan berisi, “daging semua” kalau dalam istilah sekarang.
Menampilkan pembicara Andi Mallarangeng (Mantan Menpora dan Juru Bicara Presiden SBY),
Uni Zulfiani Lubis (PemRed IDN Times, Praktisi Media dan Jurnalisme), Budiman Tanuredjo (Jurnalis Senior, Mantan Pemred Harian Kompas) dan Abdul Rahman Ma’mun (Pengamat Komunikasi Politik, Dosen Universitas Paramadina dan Mantan Ketua Komisi Informasi Pusat) dengan Moderator Faris Budiman Annas, M.Si. (Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina), diskusi diawali dengan pengantar yang sangat bagus oleh Prof. Didik J. Rachbini, Ph.D (ektor Universitas Paramadina). Diselenggarakan secara Hybrid, Diskusi kemarin selain diikuti oleh Audiens yang hadir langsung juga bisa diikuti melalui Online sebagaimana Webinar yang kini sering diselenggarakan secara ilmiah.
Diskusi kemarin memang menarik, sebab kepercayaan publik terhadap komunikasi pemerintahan merupakan faktor penting dalam menjaga stabilitas dan efektivitas kebijakan. Dalam beberapa tahun terakhir, tantangan untuk menjaga kredibilitas komunikasi pemerintah semakin meningkat apalagi saat ini Indonesia dalam kondisi tidak baik-baik saja, bahkan banyak disebut sedang memasuki era kegelapan kembali terutama dengan maraknya hastag #IndonesiaGelap berdasarkan faktor obyektif penurunan di berbagai bidang, mulai dari Ekonomi, Sosial, Politik hingga Demokrasi. Ironisnya diskusi kemarin mencatat bahwa hal tersebut diperparah dengan Tim Komunikasi Kepresidenan yang sangat parah dan justru makin menurunkan citra pemerintahan terutama menyangkut sosok Kepala KKK / PCO-nya sendiri, HN.
Bagaimana tidak, HN yang dulu sempat ditengarai memiliki Akun X / Twitter “Tukang Sayur” @datuakrajoangek yang meski sekarang postingan-postingannya sudah dihapus, dikenal kerap menuliskan kalimat-kalimat yang bernada Hate speech, kampungan, jorok / porno bahkan SARA. Typical postingan dia mengingatkan kita kembali pada sosok-sosok yang kini malah menduduki jabatan penting di pemerintahan seperti Rudi Valinka @kurawa (StafSus Menkomdigi Meutya Viada Hafid) dan bahkan yang sangat kontroversial adalah akun KasKus Fufufafa, yang meski sudah terbukti jelas dan ilmiah 99,9% masih tetap belum jujur untuk mengakui perbuatan tercela atau tidak terpujinya tersebut. Sayangnya Indonesia belum bisa seperti negara tetangga, Filipina yang berani secara tegas memakzulkan Wapresnya meski dengan tuduhan yang berbeda dan menangkap Ayahnya, meski dulunya juga seorang Presiden disana.
Khusus soal postingan-postingan HN alias “Tukang Sayur” @datuakrajoangek dimasa lalu, untungnya memang saya selalu memiliki rekam jejaknya sebelum dihapus. Lihat saja bagaimana bahasa dia ketika membahas Pak Prabowo sbb: “Pertanyaannya harusnya lbh mendasar. Beliau Islam? kalau iya, kapan masuk islamnya? ada sertifikat mualafnya ga? saksinya siapa? Mending jujur. Ga islam pun boleh jadi Capres kok” juga “Saya yakin 100% beliau pas lahir gak diazanin. Jadi kalaupun ngaku islam pasti setelah dewasa. Nah tanyakan sertifikat mualafnya. sama saksi2nya siapa saja. Di Masjid mana dulu berikrar jadi mualaf?
Sementara itu dia juga tercyduk secara kronologis sbb : 23/06/14 – “Jadi ini cerita ringan aja. Meski pro bono sy udah bantuin pak jokowi minimal di dua desa. Semoga sy ga dilaporin ke polisi :p ama tim wowo”, 04/07/14 – “Saya siapkan 10 paket iseng2 aja. Masing2 20jt. Berarti ada kesempatan buat 10 org diehard wowo buat ikut tagihan. Itung2 persahabatan :)” 05/07/14 – “Eh jgn langsung tersinggung dong. Itu kan netral. Kalau anda merasa org baik trus wowo pemimpin baik ya monggo dipilih. jgn misuh2 dong”, 06/08/14 – “Mimpi wowo nangis guling2 di MK :p ‘lanjutantwit” 08/08/14 – “Selain wowo, marshanda juga kayanya lagi labil berat… Karena masih muda… Yg terakhir ini generasi penerus yg perlu diselamatkan #eh” dan 31/10/14 – 08.04 “Kalau dibikinin meme wowo lg ngewe kira2 masih jadi “pemimpin sejati” kaya gitu ga yah? Hehehe”
Kalimat-kalimatnya yang sangat membagongkan diatas itu ternyata masih juga keluar dari isi Kepala Nasbi saat dia sudah jadi pejabat negara, sebagaimana diucapkannya kemarin (Jumat, 21/03/25) di kompleks kepresidenan Jakarta menanggapi adanya teror Kepala Babi yang sedang viral itu. Dengan entengnya dia menjawab singkat ke wartawan “Udah, dimasak aja …” Astaghfirullah. Meski dia beralasan kalimatnya tersebut didasari sikap santai Cica, namun kalimat yang sekalilagi keluar dari Isi Kepala Nasbi itu sangat tidak layak dan tidak pantas diucapkan secara resmi di Istana. “Ini kan kami engga tahu. Ini problem mereka dengan entah siapa. Entah siapa yang mengirim. Buat saya engga bisa tanggapi apa-apa,” kata HN dengan gaya ngeles selanjutnya.
Kesimpulannya, bangkai mau ditutup-tutupin bagaimanapun juga akan tetap bau dan tercium aroma busuknya kemana-mana. Bagaikan bangkai kepala Babi, Isi Kepala Nasbi-pun hingga kini rupanya masih sama ketika dia ditengarai menuliskan kalimat-kalimat yang sangat tercela melalui Akun X / Twitternya sembilan tahun silam. Kasihan Presiden Prabowo jika begini, dia dikelilingi oleh orang-orang dengan Isi Kepala yang sangat buruk, seperti Gus-gusan yang meledek Penjual Es teh waktu itu, StafSus Telotet yang memaki anak kecil dengan kata “Peaa…”, StafSus Menkomdigi yang BuzzerRp parah, hingga Jubir Istana apalagi Kepala KKK / PCO yang tidak beretika. Belum lagi masih ada Fufufafa di Istana, sungguh sangat Gelap Indonesia kalau tidak segera dilakukan #MakzulkanFufufafa dan #AdiliJokowi sebagaimana marak disuarakan oleh Civil society akhir-akhir ini …