Apa yang kita unggah bisa tersimpan, dibagikan, bahkan ditonton hingga bertahun-tahun setelah kita tiada. Maka jari-jemari yang lincah mengetik hari ini bisa menjadi saksi di hadapan Allah kelak. Firman-Nya: “Pada hari itu Kami tutup mulut mereka, tangan mereka akan berkata kepada Kami, dan kaki mereka akan bersaksi terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS. Yasin: 65).
Dalam perspektif komunikasi, dikenal teori agenda setting—media menentukan isu apa yang dianggap penting oleh publik. Kini, setiap kreator adalah agenda setter bagi lingkungannya. Konten yang dibagikan akan membentuk cara pandang, gaya hidup, bahkan perilaku pengikut. Jika konten itu kebaikan, maka ia menjadi amal jariyah digital. Namun jika berisi kebohongan, fitnah, atau maksiat, maka dosa pun mengalir tanpa henti.
Fenomena virality membuat banyak orang tergoda mengejar popularitas instan. Angka-angka like, view, dan subscriber sering dijadikan ukuran keberhasilan. Padahal, Allah tidak menilai dari banyaknya penonton, tetapi dari niat dan manfaat yang ditimbulkan. Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Popularitas di dunia maya bisa menjadi ujian, bahkan jebakan, bila tidak dibarengi dengan keikhlasan.
Negara pun hadir melalui UU ITE, aturan KPI, dan kebijakan Kominfo untuk menata ruang digital. Namun sebelum aparat menindak, setiap muslim semestinya sadar bahwa ada pengadilan yang jauh lebih adil: pengadilan Allah. Di sana, tidak ada dalih dan manipulasi. Bukti yang berbicara bukan sekadar data, melainkan diri kita sendiri.
Maka syukur atas nikmat teknologi tidak diukur dari jumlah pengikut, melainkan dari sejauh mana ia menjadi jalan kebaikan. Kreator konten yang bersyukur akan berhati-hati: apakah yang saya unggah menenangkan atau meresahkan? Menginspirasi atau menyesatkan? Mendekatkan kepada Allah atau menjauhkan?
Syukur pula yang menahan kita dari kerakusan terhadap tren dan angka.
Dunia boleh mengagumi konten yang viral, tetapi Allah melihat hati dan niat di baliknya. Konten yang sederhana namun ikhlas bisa lebih mulia daripada karya megah yang penuh riya.