Untuk nyewa kendaraan yang sudah pasti mahal, untuk kelas peturing bermodal secukupnya seperti saya, adalah hal yang harus dihindari. Apalagi ada tersedia angkutan umum dari Merauke ke Sota. Yaitu Damri.
Namun sayangnya bus ukuran 3/4 milik Damri sedang mogok. Selama bis masih dalam masa perbaikan, Damri menjalankan kendaraan type Elf untuk melayani penumpang di jalur ini.
Alhasil saya menjadi penumpang Damri. Sepeda saya parkirkan di Terminal. Saya simpan di tempat yang aman. Terlindung kalau seandainya turun hujan.
Berangkat dari Terminal Wamanggu jam 09.05, bis bergerak dalam keadaan penuh. Jalannya mulus dan rata. Tapi jarang pemukiman. Melewati kawasan Taman Nasional (TN) Wasur, ada banyak terlihat rumah semut di pinggir jalan.
Melintasi TN Wasur saya jadi terkenang masa-masa anak saya masih kecil. Masih balita mungkin. Zaman itu di televisi ada serial “Anak Seribu Pulau” yang saya sukai. Salah satu episodenya bercerita tentang anak-anak di TN Wasur. Saya paksa bocil-bocil saya nonton serial itu bersama saya.
Sekitar jam 11.00 tiba di Sota. Saya hanya punya waktu sedikit saja, supaya tidak ketinggalan bus yang langsung balik lagi mengangkut penumpang ke Merauke.
Keadaan perbatasan Sota yang saya kunjungi hari ini jauh berbeda dengan kedatangan saya tahun 2009 lalu. Sekarang sudah sangat keren. Dan telah menjadi PLBN (Pos Lintas Batas Negara) yang resmi.
Di masa pemerintahan presiden Jokowi sejumlah PLBN dibangun dengan megah. Termasuk PLBN Sota. Dengan alasan untuk menunjukan kebanggaan bangsa Indonesia. Sekaligus menjadikan PLBN sebagai tempat wisata.
Namun saat saya tiba, suasananya sepi-sepi saja. Tidak ada pengunjung lain. Untunglah pak sopir Damri, Om Michael, baik hati. Dia turun dari kemudi untuk membantu mengambil foto saya.