Seperti biasa Pak Haji Ujen menyambut tamu, termasuk saya, di teras rumahnya yang teduh. Selonjor sambil menyantap bakso. Karena saya datang sendirian, saya bisa menempati kamar.
Uniknya di kamar itu tersimpan dua sepeda. Sepeda lipat dan RB. Uniknya lagi yang RB digantung di dinding. Persis di atas tempat tidur. Alhasil saya tidur di bawah sepeda.
Menjelang maghrib kami mengakhiri obrolan. Masing-masing mempersiapkan diri untuk maghrib di masjid kecil tak jauh dari rumah Haji Ujen. Mungkin karena kelelahan, lepas Isya saya sudah tertidur.

Taufik sedang beristirahat di Majenang
Sekitar jam 22.30 saya terbangun. Seperti biasa, sulit memicingkan mata. Saya isi waktu dengan kembali menulis catatan dan me-review rencana perjalanan. Sekitar pukul 00.30 baru saya bisa kembali tidur.
Pagi harinya, sekitar pukul 06.00, saat sedang berkemas, Pak Haji Ujen mengingatkan saya untuk tidak buru-buru berangkat. Tunggu dia sebentar mengantar cucunya. Saya mengalah karena menaruh hormat akan keramahan beliau.
Sekitar jam 07.00 baru bergerak meninggalkan kediaman Pak Haji Ujen. Beliau ikut mengawal saya sampai ke wilayah Jawa Tengah.
Kondisi jalan masih sepi. Matahari masih tersembunyi di balik pepohonan. Iyuh. Sangat kondusif untuk bersepeda.
Di rest area persis di perbatasan Provinsi Jawa Barat dengan Jawa Tengah, Pak Haji Ujen mengarahkan saya masuk ke sebuah warung. Sarapan dulu.