Persis di depan pintu masuk pelabuhan, ada bus yang sedang ngetem. Jurusan Ende via Bajawa. Pak sopir dan keneknya nawarin saya naik bus saja. “Terlalu nanjak pak sampai Bajawa,” katanya.
Sejurus saya menimbang-nimbang. Apakah tetap di Aimere nunggu kepastian jadwal ferry, atau ikut bus ini sampai Bajawa. Tak lama akhirnya saya memutuskan ikut naik bus. Dengan cepat sepeda saya diikat di besi-besi yang ada di belakang bus.
Begitu sepeda terpasang, bus langsung bergerak. Penumpangnya hanya ada saya yang duduk di depan samping sopir, dan seorang lagi duduk di belakang. Jam sudah sekitar pukul 09.00.
Benar saja, begitu belokan pertama keluar dari Aimere, kontur jalan sudah menanjak. Dan terus menanjak. “Nanti ada yang lebih tajam lagi,” kata Pak Marcelinus, sopir bus tersebut. Dalam hati saya membatin syukurlah saya naik bus.
Jalannya aspal mulus. Dan sepi. Yang gak nahan adalah tanjakannya. Mirip-mirip ruas antara Labuan Bajo- Ruteng. Hiburannya adalah pemandangannya yang sangat indah. Ada satu gunung yang cukup mencolok karena tingginya. “Itu gunung Inerie,” kata Pak Marcelinus. Tingginya 2.245 meter dari permukaan laut.
Selain banyaknya tanjakan, ruas jalan ini juga banyak sekali belokan tajam. Iseng saya perbesar rute jalan ini di google maps hasilnya seperti coretan anak-anak. Acak-acakan.