Lalu saat berpamitan akan berangkat, Pak Agus memberi kejutan untuk saya. “Ini ada piagam penghargan, atas kesediaan mampir ke tempat kami,” kata Pak Agus. Wah keren.
Dari tempat tinggal Pak Agus saya menyusuri jalan Gajah Mada. Suasana masih sepi. Serombongan anak yang sedang bermain sepeda menguntit saya. Lalu saya hentikan sepeda dan ajak mereka berbincang.
“Kok tidak pada sekolah ?” tanya saya.
“Libur. Tanggal merah,” kata seorang anak.
Baru saya menyadari ternyata hari ini hari libur nasional. Kenaikan Isa Al Masih. Setelah itu gantian mereka yang bertanya ke saya.
“Akun Tiktoknya apa Om ?”
Sekarang saya bisa menjawabnya. Dulu-dulu tidak. Pada touring kali ini saya sudah membekali diri dengan akun semua platform media sosial.
Setelah membagikan sticker, saya tinggalkan mereka. Ketemu pertigaan Jalan Soekarno – Hatta, saya belok kiri. Tinggal lurus saja mengikuti jalan itu akan sampai ke Sape.
Tapi jalannya ternyata tidak mudah. Mirip-mirip Nanga Tumpu yang saya lalui dua hari lalu.
Sampai daerah Lampe, kontur jalan masih bersahabat. Cenderung datar dan ada beberapa kali dapat bonus turunan. Namun saat mencapai gapura perbatasan antara kota dengan kabupaten, kembali saya berhadapan dengan tanjakan. Panjang pula. Bahkan ada tanjakan yang sangat tajam. Tenaga pun kembali terkuras.
Di puncak tanjakan ada saung yang berjualan makanan minuman. Saya melipir ke situ. Ngaso sambil menikmati pemandangan alam. Menariknya, Kota Bima tampak di kejauhan. Lengkap dengan kapal di pinggir lautnya. Meskipun samar.