Di depan Kelurahan Selang saya berhenti sebentar untuk ambil nafas. Bersamaan dengan itu ada mobil pick up berhenti tidak jauh dari saya. Penumpangnya ada ibu-ibu rombongan pengajian. Mereka riuh menyapa saya sambil melambaikan tangan.
Karena mengarah ke timur, saya langsung berhadapan dengan matahari. Panas. Tapi untungnya kontur jalannya datar. Saya bisa melaju kencang. Dengan cepat saya melewati daerah Kutowinangun lalu masuk daerah Prembun.
Di Masjid Al Unar saya melipir. Dari spanduk yang dipasang di dinding, masjid ini sangat ramah musafir. Fasilitasnya antara lain ada wifi, air, nginap, dan buka 24 jam.
Di samping masjid ada sungai irigasi. Beberapa santri terlihat sedang mandi dan bermain air di sungai itu.
Sebentar saja saya di masjid itu. Kembali saya mengayuh sepeda dengan kencang. Sariawan di mulut sudah berangsur sembuh. Perih keringat air mata juga sudah bisa saya kurangi.
Menuju Kutoarjo struktur jalan yang semula aspal berubah menjadi semen cor. Buat saya jalan di semen cor lebih enak karena cenderung rata. Jalan aspal memang lebih nyaman, tapi seringnya bergelombang dan berlubang. Harus ekstra hati-hati kalau tidak mau celaka.
Di ruas jalan ini saya melihat ada banyak papan petunjuk yang menandakan ada jalur pipa bbm tertanam di situ.
Sekitar pukul 09.20 saya masuk kota Kutoarjo. Langsung menuju Masjid Besar Al Izhaar Kutoarjo. Saya hapal lokasinya karena pernah ke sini beberapa tahun lalu.
Di teras masjid saya buka bekal sate yang tadi disediakan Mas Arifin. Sambil sarapan saya memperhatkan suasana sekitar. Yang menarik perhatian saya adalah tulisan petunjuk di tempat wudu dan toiletnya