Kondisi seperti itu menjadi perhatian Abah Awam. Ia memutuskan pulang dari rantau, bertekad membangun Cibuntu. Berkat tekad semangat, keuletan, ide-ide brilian, daya dobrak, dan kelihaian lobi Abah, desa Cibuntu menjadi daerah tujuan wisata. Pengunjung berdatangan dari berbagai penjuru kota.
Bahkan sempat dikunjungi Menparekrat RI Sandiago Uno (kala itu) bersama artis Cinta Laura menikmati keindahan alam pedesaan dan lingkungan sekitar yang masih lestari.
“Bila kita ke Cibuntu, kita akan merasakan keindahan alam dan suasana yang asri, ada air terjun Gongseng, lalu situs cagar budaya, tempat “offroad”, dan kampung domba. Bahkan ada beberapa kegiatan menarik yang bisa dilakukan seperti berkemah di alam bebas, bermain “offroad” dan ATV, serta membeli oleh-oleh khas. Setiap tahun ada “kariaan”, pesta budaya,” tuturnya.
Memang, membangun suatu desa itu perlu. Memertahankan hasil juga tidak kalah penting. Seorang pionir untuk mengeksplor potensi wajib ada. “Kita butuh seorang “pendobrak”. Bukan hanya “inovasi” (rekabaru), tetapi juga “invensi” (rekacipta).
“Namun, sudah siapkah “kader” yang akan (dan bisa) melanjutkan karya Abah, meski “dibaptis” Abah namun masih berjiwa dan berpenampilan muda. Pembangunan ini hari berkelanjutan dan keasrian lingkungan alam harus tetap dipertahankan,“ harap Abah.***
Editor: van