Faisal menekankan bahwa penguatan kelembagaan BMKG harus dibangun melalui kerja sama yang solid di seluruh lini organisasi, mulai dari individu pegawai hingga unit pusat dan daerah.
Ia menegaskan bahwa untuk membangun BMKG sebagai lembaga yang kokoh dan disegani, diperlukan ikatan kerja yang kuat antara pegawai, tim kerja, UPT, Balai, hingga unit-unit di tingkat pusat.
Dihadapan seluruh pegawai, Faisal menekankan bahwa BMKG harus menjadi garda terdepan dalam mendukung berbagai sektor strategis nasional, mulai dari ketahanan pangan, energi terbarukan, hingga pariwisata melalui penyediaan data yang akurat dan terintegrasi.
Ia menyoroti tantangan besar pada sektor pertanian Indonesia, di mana saat ini baru 24 persen lahan sawah yang teraliri sistem irigasi teknis, sementara selebihnya masih bergantung pada air hujan.
“Kita harus mencontoh negara maju yang mampu mengelola resolusi air di akhir musim hujan agar cukup untuk satu musim tanam. Di sinilah peran teknologi modifikasi cuaca menjadi krusial untuk memitigasi risiko kekeringan,” ujarnya.
Selain pangan, BMKG juga memiliki peran dalam pengembangan energi baru terbarukan (EBT) seperti tenaga surya dan angin, serta inovasi bangunan rendah karbon (green building).
BMKG telah menjalankan proyek percontohan di IKN yang membuktikan bahwa orientasi bangunan yang tepat dapat menurunkan suhu ruangan hingga 3-6 derajat Celsius tanpa ketergantungan penuh pada pendingin udara (AC).
Dalam kesempatan tersebut, Faisal menginstruksikan seluruh jajaran pegawai BMKG untuk melakukan perbaikan tata kelola Sumber Daya Manusia (SDM).

















