Mungkin ada yang berkata, “tidak bisa dibandingkan, skala RT kecil, pejabat itu urusannya besar.” Tapi bukankah prinsip dasarnya tetap sama? Mendengar dengan tulus, mengambil keputusan sesuai kebutuhan rakyat, dan hadir sebagai pelayan, bukan majikan. Kalau prinsip itu dijaga di level RT, mengapa sulit dijaga di level parlemen, aparatur negara, atau para pemimpin ?.
Ketua RT mengajarkan bahwa pemimpin bukanlah mereka yang sibuk membuat janji, tapi mereka yang setia menunaikan amanah. Pemimpin bukan mereka yang lihai beretorika, tapi mereka yang sigap mencari jalan keluar.
Seandainya wakil rakyat di parlemen, pejabat di kedinasan, hingga kepala daerah meneladani pola kerja seorang RT, mungkin wajah politik kita akan jauh berbeda. Politik akan terasa dekat, hangat, dan nyata, bukan hanya jadi tontonan janji yang tak berujung.
Dari Ketua RT kita belajar: memimpin itu berarti melayani. Mendengar itu berarti memberi solusi. Dan menggerakkan rakyat bukan dengan slogan, melainkan dengan teladan. Ketua RT, Ketua Rukun Tetangga, di kampung kita. ***