TERASJABAR.ID – Lebih dari seratus massa yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Kuningan (ALAMKU) melakukan aksi unjuk rasa, di depan Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC), di jalan raya 12 KM Desa Manislor, Kec. Jalaksana, Kab. Kuningan, Rabu (10/12/2025).
Mereka berupaya masuk ke halaman kantor BTNGC, namun dijaga ketat puluhan anggota Polres Kuningan dipimpin langsung Kapolres AKBP Muhamad Ali Akbar. Aksi pun semakin memanas, ketika beberapa pengunjuk rasa melempar petugas dengan telur ayam dan gelas air mineral. Bahkan Brigpol Dini anggota polwan wajahnya terkena lemparan telur.
Aksi unjukrasa diawali atraksi debus. Lalu mereka membakar ban bekas di tengah jalan depan BTNGC. Kobaran api sebagai simbol protes panas berasap pekat. Sementara arus lalulintas pun praktis terganggu. Polantas pun sibuk mengurai arus kendaraan dari arah Kuningan dan Cirebon.
Dalam orasinya, orator Yusup Dandi menyatakan, Balai TNGC gagal total menjaga ekosistem alam Gunung Ciremai, sementara proyek wisata terlihat lebih dominan sekaligus menghancurkan hutan.

Berdasarkan fakta-fakta di lapangan, sejumlah desa di lereng Ciremai, antara lain, Desa Cisantana, Desa Puncak, Cileuleuy, dan Sagarahiang, kini terancam kekeringan. Penyebabnya disinyalir akibat pembangunan wisata yang membabat pohon besar serta mengubah tangkapan air alami. Sehngga praktis merusak area di kawasan konservasi Gunung Ciremai.
Ia menegaskan, ihwal kekeringan tersebut, adalah akibat eksploitasi alam berlebihan. Tudingan tertuju pada pembangunan objek wisata yang sangat ramah semen, atau yang mereka sebut “hutan beton” di lereng Ciremai.
Tuntutan yang sama dilontarkan Orator Ismah Winarto, bahwasanya krisis air yang terus berulang mencerminkan kegagalan serius dalam tata kelola konservasi Ciremai. Hal ini dampak dari pembabatan pohon yang ditebang, tanah petani hilang dengan munculnya konglomerasi wisata hingga tuan tanah.
Winarto menuding pihak BTNGC tidak menjalankan peran strategisnya dalam menjaga tata kelola kawasan konservasi Gunung Ciremai.
Aksi Unjuk Rasa yang dimulai pukul 11.00 WIB berlangsung selama 2 jam. Mereka akhirnya membubarkan diri.*

















