Penggunaan CAPD: Indikasi dan Keterbatasannya
CAPD adalah metode dialisis peritoneal yang digunakan untuk pasien gagal ginjal, di mana kateter dimasukkan ke rongga perut untuk memasukkan dan mengeluarkan cairan dialisat guna membersihkan darah dari limbah metabolisme. Menurut Dokter Tifa, dugaan penggunaan CAPD pada Jokowi menunjukkan bahwa kerusakan ginjalnya telah mencapai tahap akhir (End-Stage Renal Disease/ESRD).
Namun, Dokter Tifa menyoroti bahwa CAPD bukanlah solusi optimal untuk kondisi autoimun agresif yang menyerang ginjal dengan cepat. CAPD lebih cocok untuk pasien gagal ginjal kronis dengan perkembangan yang lebih stabil, bukan untuk kasus autoimun yang sangat agresif. Risiko CAPD, seperti infeksi peritoneum (peritonitis) akibat kurangnya kebersihan kateter, juga dapat memperburuk kondisi pasien.
Rekomendasi Perawatan Intensif
Dokter Tifa menyarankan agar Jokowi segera mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit terbaik dunia, dengan menyebut China sebagai opsi karena kemungkinan ketersediaan donor darah atau ginjal yang sesuai, mengingat hubungan darah Jokowi dengan etnis Tionghoa. Transplantasi ginjal disebut sebagai terapi pengganti ginjal terbaik dibandingkan CAPD atau hemodialisis, meskipun prosesnya membutuhkan waktu dan kecocokan donor.
Fasilitas Kesehatan untuk Mantan Presiden
Terkait pertanyaan apakah negara masih memfasilitasi mantan presiden untuk mendapatkan perawatan terbaik, berdasarkan regulasi di Indonesia, mantan presiden berhak atas fasilitas kesehatan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1978 tentang Hak Keuangan dan Administratif Presiden dan Wakil Presiden. Negara menyediakan layanan kesehatan melalui rumah sakit pemerintah atau rujukan ke fasilitas kesehatan terbaik, baik di dalam maupun luar negeri, jika diperlukan. Namun, keputusan untuk mencari perawatan di luar negeri biasanya bergantung pada rekomendasi medis dan kebijakan pemerinta