TERASJABAR.ID – Perkembangan kecerdasan artifisial (AI) telah menghadirkan disrupsi di berbagai bidang, termasuk dalam cara berkomunikasi.
Dengan teknologi generative AI, proses produksi konten, baik berupa teks, gambar, maupun video, bisa dilakukan dengan cepat dan meminimalkan keterlibatan manusia.
Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria mengungkapkan di balik kecanggihan teknologi AI yang mendekati kemampuan manusia, AI masih memiliki kelemahan utama, yaitu tidak memiliki empati dan kemampuan berpikir kritis.
“Satu hal yang membuat manusia berbeda dengan mesin ini adalah kemampuan empati dan kemampuan critical thinking,” kata Wamen Nezar dalam acara Pekan Komunikasi UI 2025 di Universitas Indonesia, Depok, baru-baru ini.
Menurut Wamen Nezar, manusia berkomunikasi tidak hanya dengan kata-kata, melainkan juga dengan gestur tubuh.
Hal ini tidak bisa digantikan oleh AI yang bekerja dengan rumus-rumus matematika untuk menghasilkan setiap kata dan gambar.
“Mesin artificial intelligence ini di belakangnya bekerja dengan rumus-rumus matematika, semuanya dengan angka-angka, sementara kita punya cara berkomunikasi yang khas manusia, yang kadang-kadang hanya bisa dibaca oleh sesama manusia,” jelasnya.
AI juga dapat berhalusinasi sehingga konten yang dihasilkan oleh AI tidak selalu akurat.
Wamen Nezar mencontohkan salah satu kasus konsultan internasional yang mengeluarkan laporan untuk pemerintah Australia dengan sumber data yang tidak pernah ada.
“Salah satu konsultan terbesar di dunia harus mengembalikan uang karena hasil konsultansi yang mereka buat, riset dan survei yang mereka lakukan, ternyata berasal dari sumber yang fiktif, dia merujuk kepada sejumlah dokumen dan jurnal yang ternyata tidak pernah ada,” tandasnya.
Oleh karena itu, Wamen Nezar mengajak para praktisi di bidang ilmu komunikasi terus mengasah kemampuan empati dan berpikir kritis untuk menjaga nilai-nilai etika dan kemanusiaan dalam setiap pesan yang disampaikan.
Wamen Nezar juga mendorong keterlibatan manusia dalam setiap pengambilan keputusan untuk memitigasi risiko kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh AI.***













