TERASJABAR.ID – Proyek pembangunan Flyover Nurtanio di Kota Bandung, yang diharapkan menjadi solusi kemacetan di Jalan Abdul Rahman Saleh dan Jalan Garuda, justru menjadi sumber masalah baru bagi warga.
Proyek jembatan layang sepanjang 550 meter ini telah menyebabkan kemacetan parah, jalanan sempit, dan polusi debu, terutama pada jam sibuk pagi dan sore. Hingga pertengahan Juni 2025, proyek yang dimulai sejak Januari 2024 ini belum juga rampung, memicu keluhan dari warga dan pengendara.
Kemacetan dan Keluhan Warga
Flyover Nurtanio dirancang untuk mengatasi kepadatan lalu lintas akibat pertemuan arus kendaraan dari arah Cimahi, Andir, dan pusat Kota Bandung, serta mendukung kelancaran feeder Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB).
Namun, selama proses pembangunan, penyempitan jalan akibat alat berat dan zona kerja konstruksi telah memperparah kemacetan di kawasan tersebut. Selain itu, debu dari proyek membuat lingkungan sekitar kotor, mengganggu kenyamanan warga dan pengendara.
Salah seorang warga, Muhammad Aziz (28), mengungkapkan kekesalannya. “Kalau saya sebagai warga merasa terganggu, pertama bikin macet, kedua banyak debu, jalanan sempit.
Buat berangkat kerja itu menghambat banget,” ujar Aziz saat diwawancarai pada Senin (16/6/2025). Keluhan serupa juga disampaikan warganet di media sosial, seperti akun @g_per*** yang menulis, “Lama min. Progresnya keliatan lama banget, tiap hari lewat macet terus,” dan @ferdi*** yang menyebutkan jalan menjadi becek saat musim hujan dan berdebu saat kemarau
Menurut pantauan, kemacetan di Jalan Nurtanio dan Abdul Rahman Saleh bisa mengular hingga 1,5 kilometer pada jam sibuk. Kondisi ini diperparah oleh tingginya frekuensi perlintasan kereta api di kawasan tersebut, yang membuat pengendara harus bersabar menunggu