TERASJABAR.ID – Gaya kepemimpinan Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi (KDM) kerap mencuri perhatian. Sayangnya, sorotan yang timbul bukan kepedulian terhadap lingkungan, melainkan karena hanya sekadar konten yang ditayangkan.
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jabar menilai, kondisi saat ini khususnya di kawasan Cekungan Bandung telah melewati batas aman ekologis.
Tim Desk Disaster Walhi Jabar, Fariz Abiyyu Putra mengatakan, pemerintah sampai sekarang masih dinilai abai alias tak peduli terhadap permasalahan tersebut.
“Sudah terlalu lama kita disuguhi pertunjukan pencitraan. Tiap masalah lingkungan direspons dengan gimmick, bukan gagasan,” katanya Kamis (30/10/2025).
Padahal, menurut Fariz, kawasan cekungan Bandung tidak butuh panggung tapi yang dibutuhkan adalah pemulihan lingkungan yang jelas dan nyata.
Fariz pun menilai, gaya kepemimpinan orang nomor satu di Jawa Barat, KDM, hanya gemar menampilkan diri seolah peduli, tapi abai pada persoalan inti.
“Kamera dan konten tidak akan menyerap air hujan, tidak akan menghentikan longsor, dan tidak akan menyelamatkan warga yang rumahnya tenggelam,” tandas Fariz.
“Pemimpin yang sejati adalah mereka yang berani mengoreksi arah pembangunan, bukan yang sekadar mencari sorotan kamera di tengah genangan air,” sambungnya.
Fariz juga mengungkapkan, jika kebijakan tata ruang tidak segera diubah, maka yang mengancam adalah bencana ekologis yang lebih besar akan datang.
“Dan yang paling terdampak adalah masyarakat kecil yang berada di wilayah rentan. Kita tidak bisa terus mengorbankan ruang hidup rakyat atas nama pembangunan,” terangnya.
Fariz memaparkan, Walhi Jawa Barat menuntut agar dilakukannya audit tata ruang secara menyeluruh untuk di kawasan cekungan Bandung.
“Terutama di kawasan hulu seperti Lembang, Parongpong, dan Cisarua. Audit tersebut harus terbuka untuk publik dan disertai dengan langkah nyata,” paparnya.
Adapun langkah nyata yang dimaksudkan Fariz, yakni menghentikan pembangunan baru di kawasan rawan bencana, menegakkan hukum terhadap pelanggaran izin lingkungan.
“Selain itu, langkah nyata lainnya pun perlu dilakukan seperti memulihkan kembali kawasan lindung dan daerah tangkapan air,” tutup Fariz.***

















