Faktor alam, seperti hujan deras dan pergerakan tanah, turut memperparah kerusakan. Pada November 2024, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukabumi mencatat beberapa titik longsor di wilayah selatan, termasuk dekat Pangleseran, yang makin menyulitkan akses. Warga Desa Kertaraharja mengeluhkan bahwa perbaikan temporer, seperti tambal sulam, tidak efektif menghadapi musim hujan, dan usulan perbaikan permanen ke Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Sukabumi sering tidak digubris.
Reaksi Warganet di Facebook
Video ini langsung meledak di media sosial, dengan ribuan komentar, like, dan share dalam hitungan hari. Warganet mengapresiasi kreativitas warga dalam menyampaikan protes. “Ngena banget! Jalan kayak danau, wajar ditebar ikan,” tulis seorang pengguna di grup Sukabumi Today. Sindiran “tong sibuk ngonten jeung ngopi” juga ramai dikutip, merujuk pada pejabat yang dianggap lebih fokus membuat konten media sosial atau bersantai ketimbang menangani masalah infrastruktur.
Namun, ada pula warganet yang menyampaikan kekesalan mendalam. “Ini bukan lucu, ini memalukan! Jalan begini diabaikan bertahun-tahun,” komentar seorang pengguna. Beberapa mengaitkan aksi ini dengan protes serupa di daerah lain, seperti warga Lampung Timur yang menebar lele di jalan rusak pada April 2024 atau warga Jombang yang memancing di kubangan jalan pada Januari 2025. Fenomena ini menunjukkan keresahan warga Indonesia terhadap buruknya infrastruktur di berbagai daerah.