TERASJABAR.ID – Presiden kehormatan sekaligus anggota dewan Bayern Munich, Uli Hoeneb, kembali menyampaikan pandangannya mengenai aturan 50+1 di sepak bola Jerman.
Aturan ini mewajibkan bahwa 50 persen plus satu hak suara harus dimiliki oleh para anggota klub, sehingga suporter tetap memegang kendali mayoritas dalam pengambilan keputusan klub.
Meski begitu, beberapa tim seperti Bayer Leverkusen dan Wolfsburg mendapat pengecualian, sementara RB Leipzig sering dianggap menyimpang dari prinsip aturan tersebut meski secara administratif masih mematuhinya.
Dalam sebuah podcast, Hoeneß menegaskan keyakinannya bahwa aturan 50+1 pada akhirnya perlu dicabut.
Menurutnya, penghapusan aturan tersebut bukan demi keuntungan pribadinya, melainkan karena ia percaya banyak klub di Jerman bisa berkembang lebih pesat jika memiliki kebebasan untuk menerima investasi internasional.
BACA JUGA: Dilema Real Madrid! Mempertahankan sang Bintang atau Mendukung Pelatih?
Ia juga berharap Hans-Joachim Watzke, salah satu tokoh yang paling vokal menolak perubahan aturan, suatu saat dapat mempertimbangkan gagasan itu secara lebih terbuka.
Hoeneß menilai bahwa klub-klub besar di Jerman sering berada dalam dilema: para pendukung ingin timnya mampu bersaing di Liga Champions, tetapi pada saat yang sama ingin mempertahankan tradisi lama yang sudah berlangsung puluhan tahun.
Menurutnya, jika tujuan utamanya adalah sukses di tingkat Eropa, maka semua pihak harus berani melakukan evaluasi mendalam terhadap sistem yang ada.
Meski begitu, Hoeneß menegaskan bahwa perubahan ini tidak akan berdampak pada Bayern Munich.
Klub tersebut sudah memiliki kekuatan finansial luar biasa melalui kepemilikan minoritas dari perusahaan besar seperti Adidas, Audi, dan Allianz, serta pendapatan hak siar domestik dan internasional yang terus berada di posisi teratas Bundesliga.-***













