TERASJABAR.ID – Nyaris sebulan lamanya ribuan siswa di Kecamatan Cipongkor dan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat (KBB) menikmati menu Makan Bergizi Gratis (MBG) dari pemerintah pusat.
Berbagai menu yang konon katanya sudah sesuai kebutuhan gizi anak-anak mulai dari tingkatan, PAUD, TK, SLTP dan SLTA sudah dimakan.
Bagi sejumlah siswa, salah satunya, Riki (17), di SMK tak menjadi persoalan yang penting kenyang, apalagi gratis.
Namun belakangan, semua berubah total mulai Senin (22/9/2025) lalu.
Setelah menyantap menu MBG seperti biasanya, Riki tiba-tiba merasa mual hingga muntah-muntah.
Ternyata, tak hanya Riki yang mengalami, namun teman-teman di sekolahnya merasakan hal yang sama, termasuk ribuan siswa lainnya.
Jelas ini membuat panik para siswa dan guru. Mereka pun berusaha diobati sebisanya oleh guru-guru yang akhirnya diputuskan dibawa ke GOR Kecamatan Cipongkor, KBB sebagai pusat penanganan. Apalagi yang mengalami gejala serupa terjadi juga di sekolah lain.
Mereka pun dinyatakan keracunan menu MBG yang didistribusikan Sarana Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Cijambu.
Sialnya, Riki justru mengalami gejala lanjutan hingga sesak napas dan kejang-kejang.
“Jujur, saya habis 3 porsi, pasalnya jatah teman-teman tak dimakan, ya saya makan. Memang saat dimakan, tahunya agak bau,” kata Riki saat ditemui di RSUD Cililin, Jumat (26/9/2025).
Riki, siswa kelas 3 SMK Pembangunan ini tiba-tiba tak enak perut. Rasanya mual terus dan nyeri seperti diperas. Tiba-tiba Riki memuntahkan isi perutnya dan pusing serta sesak napas.
“Saat itu di sekolah mual dan muntah selanjutnya dibawa ke GOR Cipongkor begitu saya sesak napas. Namun harus dirujuk ke RSUD Cikalongwetan karena kejang-kejang,” ungkap Riki.
Peristiwa yang baru dialaminya dan pahit ini, Riki mengaku masih trauma dan berharap tak terulang lagi.
Bahkan, dengan tegas, Riki mengatakan sudah enggan menyantap lagi menu MBG. Ia mengaku tak mau lagi menderita gegara keracunan terulang.
“Rupanya enggan mrnyantap menu MBG lagi. Ya, saya masih, trauma, sakit disini ampun,” tutur Riki sambil menunjukan perutnya yang sakit.
Hal yang sama ldialami juga Silvi Ayu Pratiwi, siswi kelas 3 SMPN 3 Cipongkor. Pengalaman pahit dialami Silvi.
“Setelah makan menu MBG, 30 menit kemudian langsung sesak napas, perut perih. Sejak itu sudah tak ingat apa-apa,” tutur Silvi kepada wartawan.
Ketika matanya terbuka, Silvi lmelihat langit-langit dengan lampu putih. Tubuh mungilnya sudah terbaring di ranjang rumah sakit. Kondisinya stabil, namun Silvi tetap muntah-muntah.
“Saya dibawa ke RSUD Cikalong Wetan pasalnya sesak napas. Saat ini juga masih ada sesak napas dan perut masih serta kejang-kejang,” ungkapnya.
Silvi pun seperti Riki, memastikan sudah enggan makan menu MBG. Jika MBG dibagikan, Silvi akan menolak mengonsumsi makanan tersebut karena masih trauma setelah mengalami kejadian tersebut.
“Jujur saya trauma, sudah enggan makan MBG. Ya, kalau bisa diberhentikan saja programnya, bikin ribuan siswa jadi menderita,” ujar Silvi.
Sementara Lilis, salah seorang orangtua siswa yang anaknya juga keracunan, menuntut pemerintah menghentikan program tersebut.
Lilis meminta agar program dialihkan saja untuk orangtua siswa. Atau kata Lilis, berdayakan kantin sekolah dengan memberdayakan warga setempat, MBG nya dikelola sekolah.
“Berdayakan kantin sekolah atau uangnya dikasihkan ke orangtua biar kami yang masak. Kami orang tua khawatir kalau dikasihkan nanti dan dimakan anak keracunan lagi,” pungkas Lilis, Sabtu (27/9/2025).***