Kembali pada bahasan utama soal Teror nDhas Babi dan 6 nDhas Tikus, kedua hal yang dialami oleh Media Tempo kemarin sebenarnya bukan yang pertama. Dalam catatan saya setidaknya sudah terjadi. 6 (enam) kali dialami Tempo, misalnya hari Selasa 06/07/10 terjadi Pelemparan Bom Molotov yang mengakibatkan kerusakan gedung. Kemudian Minggu 05/08/24 Kaca mobil Hussein Abri Dongoran (HAD) dipecah di Jalan Pattimura, disusul Selasa 03/09/24 kembali Kaca Mobil HAD dipecah saat berada di Pos Polisi Kukusan Beji Depok. Sesudah itu bulan Maret 2025 beberapa Jurnalis Tempo mengalami Doxing (penyebaran informasi rahasia pribadi oleh pihak lain yang tidak bertanggungjawab) sebelum Teror nDhas Babi yang dikirimkan kepada Francisca Christy Rosana (FCR / Cica) hari Rabu 19/03/25 dan Teror 6 nDhas Tikus tiga hari sesudahnya Sabtu 22/03/25.
Dalam data yang pernah direlease resmi oleh AJI (Aliansi Jurnalistik Indonesia) sebelumnya di tahun 2023, sudah terdapat 89 (delapan puluh sembilan) Teror untuk media dengan 8 (delapan) kategori yang pernah ada, yakni 4x Kriminaliasi dan Gugatan Perdata, 5x Kekerasan Seksual, 5x Perusakan atau Perampasan Alat Kerja, 7x Penghapusan Hasil Liputan, 10x Larangan Liputan, 14x Serangan Digital (ini konsentrasi saya), 18x Kekerasan Fisik dan 26x Teror, Intimidasi dan Ancaman.Data diatas ini belum termasuk 2x Pemecahan Kaca Mobil yang dialami oleh HAD, Doxing beberapa Awak Media Tempo dan Teror nDhas Babi kepada FCR / Cica dan Teror 6x nDhas Tikus sesudahnya.
Menariknya, AJI juga mencatat para pelaku Teror yang pernah ketahuan dan terungkap selama ini terdiri atas 2 (dua) kategori, yakni Aktor Negara dan Aktor Non-negara. Secara lebih detail, Aktor Negara dapat didefinisikan lagi menjadi (Para Oknum) 1x Jaksa, 5x TNI, 13x Aparatur Pemerintah dan 17x Polisi. Sedangkan untuk Aktor Non Negara didefinisikan menjadi 1x Partai Politik, 4x Ormas, 4x Pekerja Profesional, 7x Perusahaan dan 13x Warga. Total dua kategori diatas (36 + 29) adalah 65 (enam puluh lima), sehingga tersisa 24 (dua puluh empat) pelaku Teror dari total 89 sebagaimana data sebelumnya diatas yang sampai dengan data AJI direlease tidak ketahuan siapa dan darimana pelakunya alias menjadi seperti “Unsolved Mystery” dan dimasukkan kedalam “Daftar Hitam Teror yang tidak terpecahkan” sampai sekarang.
Hal lain yang justru “mendukung” alias menambah teror-teror diatas justru muncul dari sikap Pejabat di Republik ini, bagaimana tidak? Celotehan yang samasekali tidak bermutu dari Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan / KKK (tapi bukan Ku Klux Klan), Hasan Nasbi yang sebelumnya ditengarai memiliki akun X / Twitter “Tukang Sayur” @datuakrajoangek yang cuitan-cuitan Hatespeechnya sangat menghina Pak Prabowo (mirip dengan kelakuan yang dilakukan oleh Akun KasKus “Fufufafa” yang sudah terbukti 99,9% milik si SamSul yg sangat Kampungan dan Rasis / SARA itu. Kalimatnya soal Teror nDhas Babi “… Dimasak Aja …” sungguh sangat kampungan dan tidak mencerminkan seorang yang pernah menempuh pendidikan, benar-benar 11/12 alias identik dengan Fufufafa, Terwelu.