Ia juga menyampaikan bahwa hoaks kesehatan menjadi yang paling banyak.
Banyak penyebaran hoaks kini memakai teknik manipulasi berbasis kecerdasan artifisial.
“Video generative AI itu makin smooth. Bahkan para expert pun kadang-kadang terkecoh. Ini memperparah penyebaran hoaks di sektor kesehatan dan sektor lain,” jelasnya.
Wamen Nezar menekankan pentingnya literasi digital sebagai fondasi pencegahan.
Ia juga menyebut peran pemeriksa fakta sebagai elemen penting mitigasi.
“Literasi digital itu berkorelasi dengan kemampuan seseorang membedakan antara berita benar dan berita palsu,” katanya.
Oleh karena itu, Wamen Nezar mendorong kolaborasi model pentahelix.
Menurutnya, pemberantasan hoaks merupakan tanggung jawab bersama.
“Pemerintah, akademisi, komunitas masyarakat, pelaku usaha, dan media harus berada dalam satu baris,” tegasnya.
Ia mengajak masyarakat menerapkan prinsip stop, think, verify, and share.
Wamen Nezar menutup dengan ajakan menjaga ruang digital.
“Sebelum kita share, kita coba berhenti sebentar. Baca dengan baik. Kalau ragu lakukan verifikasi. Kalau yakin itu benar baru kita share. Kita bisa menciptakan ruang digital yang lebih aman dan sehat bagi kita semua,” ujarnya.














