TERASJABAR.ID – Intermittent fasting merupakan pola pengaturan makan yang mengombinasikan waktu makan dan waktu berpuasa secara bergantian.
Berbeda dengan pola diet pada umumnya yang fokus membatasi jenis atau jumlah makanan, metode ini lebih menitikberatkan pada pengaturan jam makan.
Karena itu, banyak orang menilai intermittent fasting lebih fleksibel, sebab pelakunya masih bisa menikmati makanan favorit tanpa harus menghitung kalori secara detail.
Metode ini kerap dikaitkan dengan penurunan berat badan, tetapi manfaatnya tidak berhenti di situ.
Intermittent fasting juga berperan dalam membantu menstabilkan kadar gula darah, meningkatkan sensitivitas insulin, serta mendukung kesehatan jantung melalui penurunan kolesterol jahat (LDL) dan tekanan darah.
Selama periode puasa, tubuh juga menjalani proses perbaikan dan regenerasi sel secara alami, yang sering dianggap sebagai mekanisme detoksifikasi alami.
Terdapat beberapa pola intermittent fasting yang dapat dipilih sesuai kebutuhan dan gaya hidup.
Pola 16/8 mengatur puasa selama 16 jam dan waktu makan selama 8 jam.
Pola 5:2 memungkinkan makan normal selama lima hari dalam sepekan, sementara dua hari lainnya membatasi asupan kalori.
Ada pula metode eat-stop-eat yang mengharuskan puasa penuh selama 24 jam satu atau dua kali seminggu, serta alternate-day fasting yang mengatur hari puasa dan hari makan secara bergantian.
Bagi pemula, disarankan memulai dari pola ringan seperti 12/12, memastikan asupan cairan tetap cukup, dan menghindari aktivitas berat saat berpuasa.
Konsultasi dengan tenaga medis penting dilakukan, terutama bagi individu dengan kondisi kesehatan tertentu, ibu hamil atau menyusui, serta mereka yang masih dalam masa pertumbuhan.
Meski menawarkan berbagai manfaat, intermittent fasting juga berpotensi menimbulkan efek samping, seperti rasa lapar berlebihan, pusing, tubuh lemas, gangguan tidur, hingga risiko hipoglikemia.
Karena itu, penting untuk mendengarkan sinyal tubuh dan tidak memaksakan diri apabila muncul rasa tidak nyaman.-***

















