Salah satu tantangan utama dari kolesterol tinggi adalah kondisi ini sering tidak menunjukkan gejala yang jelas.

Akibatnya, banyak orang baru menyadari bahwa mereka memiliki kolesterol tinggi ketika komplikasi sudah terjadi, seperti serangan jantung atau stroke.

Meski gejala awalnya tidak spesifik, ada beberapa tanda yang sebaiknya diwaspadai.

Nyeri dada bisa muncul akibat penyumbatan arteri jantung yang menghambat aliran darah ke otot jantung.

BACA JUGA: Stevia, Pemanis Alami yang Aman untuk Penderita Diabetes

Pada pria, gangguan aliran darah akibat penumpukan kolesterol juga dapat menimbulkan disfungsi ereksi.
Selain itu, beberapa kondisi fisik dapat menjadi indikasi kolesterol tinggi, seperti xanthoma, yaitu benjolan kecil berisi lemak yang biasanya muncul di persendian, misalnya lutut atau siku.

Xanthoma memang dapat muncul karena kadar kolesterol tinggi, meski juga dapat dikaitkan dengan gangguan lain, termasuk diabetes atau kelainan hormon.

Ada pula xanthelasma, yang terlihat sebagai bercak kekuningan di sekitar kelopak mata, menandakan adanya penumpukan kolesterol di bawah kulit.

Untuk mencegah risiko komplikasi, pengelolaan kolesterol tinggi perlu dilakukan melalui perubahan gaya hidup.

Mengurangi konsumsi makanan tinggi lemak jenuh, rutin berolahraga, menjaga berat badan ideal, dan menjalani pola makan seimbang menjadi langkah penting.

Pemeriksaan darah secara berkala juga sangat dianjurkan untuk memantau kadar kolesterol, sehingga dokter dapat menentukan strategi penanganan yang tepat.

Bagi mereka yang telah terdiagnosis memiliki kolesterol tinggi, sangat penting untuk segera berkonsultasi dengan tenaga medis.

Penanganan yang tepat dan konsisten dapat membantu mengontrol kadar kolesterol, mencegah penyumbatan pembuluh darah, dan mengurangi risiko munculnya komplikasi serius seperti serangan jantung atau stroke di kemudian hari.

Menjaga kolesterol tetap normal adalah bagian penting dari kesehatan jantung dan kualitas hidup yang lebih baik.-***