1. Sunda Megathrust (Selat Sunda & Mentawai, Indonesia)
   Wilayah Selat Sunda dan Kepulauan Mentawai di Indonesia merupakan zona subduksi aktif tempat lempeng Indo-Australia menunjam di bawah lempeng Eurasia. Kawasan ini memiliki riwayat gempa besar, seperti gempa Aceh 2004 (magnitudo 9,1) yang memicu tsunami dahsyat. Para ahli memperingatkan bahwa segmen Sunda Megathrust, khususnya di sekitar Mentawai, memiliki potensi gempa besar dengan magnitudo di atas 8,0, yang dapat memengaruhi wilayah Sumatera, Jawa, dan Bali.
2. Cascadia Subduction Zone (Amerika Serikat–Kanada)
   Zona subduksi Cascadia membentang dari California Utara hingga British Columbia, Kanada. Wilayah ini memiliki potensi menghasilkan gempa megathrust dengan magnitudo hingga 9,0, seperti yang pernah terjadi pada tahun 1700. Gempa di wilayah ini dapat memicu tsunami yang mengancam pantai barat Amerika Utara.
3. Peru–Chile Trench (Amerika Selatan)
   Palung Peru-Chile, yang terletak di lepas pantai Peru dan Chile, adalah zona subduksi aktif lainnya. Wilayah ini pernah mengalami gempa megathrust dahsyat, seperti gempa Valdivia 1960 (magnitudo 9,5), gempa terbesar yang pernah tercatat. Potensi gempa besar di masa depan tetap menjadi perhatian di kawasan ini.
4. Manila Trench (Filipina–Taiwan)
   Palung Manila, yang terletak di Laut Tiongkok Selatan, merupakan zona subduksi yang berpotensi menghasilkan gempa megathrust. Wilayah ini mencakup Filipina dan Taiwan, dengan risiko tinggi bagi kota-kota besar seperti Manila. Gempa di sini dapat memicu tsunami yang mengancam wilayah pesisir.
5. Nankai Trough (Jepang)
   Palung Nankai di lepas pantai Jepang dikenal sebagai salah satu zona megathrust paling aktif. Jepang memiliki sejarah gempa besar, seperti gempa Tohoku 2011 (magnitudo 9,0). Para ahli memprediksi bahwa gempa megathrust berikutnya di Nankai Trough berpotensi terjadi dalam beberapa dekade mendatang, dengan risiko besar bagi wilayah Honshu selatan.

Berdasarkan hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa tersebut ada di koordinat 7.74 Lintang Selatan dan 106.49BT, berada di laut dengan jarak 83;km Barat Daya Kabupaten Sukabumi, pada kedalaman 12 km.

Getaran gempa itu juga terasa hingga Tasikmalaya. Warga yang sedang beristirahat dibuat kaget, di sebuah Toko Percetakan Jalan Perempatan Gegernoong Kota Tasikmalaya.

Petugas Piket pada Pusdalops Kabupaten Tasikmalaya Dede membenarkan telah terjadi gempa bumi pada saat warga akan melaksanakan sholat dzuhur di dalam Masjid dan orang sedang istirahat duduk di dalam rumah.

“Kami belum menerima laporan akibat gempa yang terjadi siang dan relawan di daerah belum melaporkan adanya kerusakan yang diakibatkan oleh gempa,” ujarnya, Minggu (20/7/2025).

Menurut dia, getaran dari guncangan gempa bumi ini dirasakan di sejumlah wilayah di Kota Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kota Banjar, Kabupaten Garut, hingga Kabupaten Bandung dan Soreang.

“Iyah belum ada laporan mengenai kerusakan bangunan sebagai dampak gempabumi, yang jelas kami akan tetap melakukan koordinasi dengan para relawan yang ada di daerah-daerah,” ujarnya.

Ia minta masyarakat tetap selalu waspada dan menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.

Selain itu agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

“Kita pada sore kemarin merasakan guncangan gempa dan hari ini kita kembali merasakan guncangan, kita tetap harus waspada,” paparnya.***

Dari informasi yang dihimpun, warga sempat dibuat kaget tepatnya di Kampung Ciranjang RT01/013, Kota Tasikmalaya.

Berdasarkan hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa tersebut ada di koordinat 8.06 Lintang Selatan dan 107.88BT, berada di laut dengan jarak 77 km Barat Daya Kabupaten Pangandaran, pada kedalaman 25 km.

Petugas Piket pada Pusdalops Kabupaten Tasikmalaya Bayu membenarkan telah terjadi gempa bumi pada saat warga sedang melaksanakan sholat magrib di dalam Mushola atau di dalam rumah.

“Kami belum menerima laporan akibat gempa yang terjadi sore, dan relawan di daerah belum melaporkan adanya kerusakan yang diakibatkan oleh gempa,” ujarnya.

Menurut dia getaran dari guncangan gempa bumi ini dirasakan di sejumlah wilayah di Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Pangandaran, Garut, hingga Kabupaten Bandung dan Soreang, Bandung, Lembang II MMI.

Namun hingga saat ini belum ada laporan mengenai kerusakan bangunan sebagai dampak gempa bumi tersebut.

Ia meminta masyarakat agar tetap waspada dan menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.

Selain itu agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

“Kita tetap melakukan koordinasi dengan pihak pemerintah setempat dalam hal ini kecamatan dan para relawan BPBD yang berada di masing-masing desa, Kecamatan di Kota Tasikmalaya,” paparnya.***

Gempa bumi dirasakan di wilayah Kabupaten Bogor, Kota Bogor, dan Depok dengan intensitas III–IV MMI.

Gempa bumi tersebut dilaporkan menyebabkan kerusakan ringan pada beberapa rumah warga di Kota Bogor.

Gempa ini juga disertai suara gemuruh dan dentuman yang muncul akibat getaran frekuensi tinggi dekat permukaan.

Kondisi tersebut umum terjadi pada gempa dengan kedalaman sangat dangkal.

Guncangan ini dirasakan hingga ke negara-negara tetangga seperti Thailand dan China, menyebabkan kerusakan yang signifikan dan banyak korban jiwa.

Data Korban

Hingga saat ini, menurut laporan terbaru dari sejumlah media termasuk BBC menyebutkan bahwa jumlah korban tewas di Myanmar mencapai 28 orang, sementara di Thailand terdapat 3 orang yang dilaporkan meninggal dunia.

Selain itu, sekitar 81 orang masih hilang setelah sebuah gedung pencakar langit di Bangkok runtuh akibat guncangan gempa.

Di Myanmar, banyak korban dilaporkan berasal dari Masjid Shwe Pho Shing di Mandalay.

Informasi ini menjadi viral dan memicu berbagai reaksi dari masyarakat, mulai dari kelegaan hingga skeptisisme. Benarkah fenomena yang dikenal sebagai salah satu bencana lingkungan terbesar di Indonesia ini telah usai?

Semburan lumpur Lapindo pertama kali terjadi di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Sidoarjo, akibat kegiatan pengeboran gas oleh PT Lapindo Brantas di Sumur Banjarpanji 1. Kejadian ini dimulai pada 29 Mei 2006, hanya dua hari setelah gempa bumi mengguncang Yogyakarta.

Lumpur panas yang menyembur tak terkendali sejak saat itu telah menenggelamkan ribuan rumah, sekolah, pabrik, dan infrastruktur penting seperti ruas Tol Surabaya-Gempol. Sekitar 25 ribu jiwa dari delapan desa di tiga kecamatan terpaksa mengungsi, meninggalkan harta benda mereka yang terkubur lumpur.

Selama 19 tahun, lumpur terus mengalir dengan volume yang fluktuatif, mencapai puncaknya hingga 100.000-120.000 meter kubik per hari pada awal kemunculannya. Upaya pengendalian, seperti pembangunan tanggul dan pengaliran lumpur ke Sungai Porong, dilakukan pemerintah, namun semburan tak kunjung berhenti sepenuhnya.

Para ahli geologi memperkirakan fenomena ini bisa berlangsung hingga puluhan tahun karena sifatnya sebagai “mud volcano” yang didorong tekanan gas dari reservoir bawah tanah.

Berdasarkan informasi resmi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pusat gempa terletak di laut pada kedalaman 96 kilometer dengan koordinat 2,87° Lintang Utara (LU): 128,05° Bujur Timur (BT) atau berjarak 71 kilometer dari arah timur laut Pulau Doi, Maluku Utara.

Gempa bumi di Pulau Morotai itu merupakan gempa menengah yang dipicu aktivitas intraslab lempeng laut Maluku di pantai utara Pulau Morotai dengan mekanisme pergerakan geser naik (oblique thrust).

Gempa dirasakan beberapa saat di sejumlah wilayah Pulau Morotai hingga Sangihe dengan skala intensitas II-III MMI (getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).

Direktur Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono memastikan gempa bumi di Pulau Morotai di Maluku Utara ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami. Hingga pukul 04.55 WIT hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan.

BMKG mengimbau masyarakat Pulau Morotai di Maluku Utara dan sekitarnya agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang diragukan kebenarannya selain dari hasil analisis peristiwa menyeluruh yang dilaporkan oleh BMKG.

Hasil analisa tersebut biasa didapatkan masyarakat dengan cara mengakses aplikasi daring infoBMKG, media sosial infoBMKG, atau dapat langsung menghubungi kantor BMKG terdekat.

Selain itu, masyarakat juga diharapkan selalu mengikuti dan menaati panduan mitigasi dampak bencana dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di Maluku Utara.***