Dalam “Intel Juga Manusia” yang ia tulis setelah bertugas di Aceh selama 18 tahun — sejak periode konflik hingga damai — Radjasa mengirim rasa hormat dan terima kasih pada Mayjen TNI (Purn) Soenarko yang pernah menjabat Pangdam Iskandar Muda yang, ia sebut sebagai “orang tuaku”. Ia pasti tidak lupa pada Mualem, sebutan Gubernur Aceh Muzakir Manaf, sebagai Abang dan sahabatnya. Prof. Kamaruzzaman Bustaman Ahmad yang ia sebut sebagai mentor dan Murizal Hamzah sebagai editor buku.
Selama ngobrol sambil ngopi bersamanya, saya tak hanya melihat Sri Radjasa Chandra sebagai intel, tapi juga manusia pemberani yang menghitung setiap langkah kemana ia akan pergi. Saya tak ragu mengatakan ia cerdas yang, tergambar dari kalimat-kalimat yang ia ucapkan; terukur dan terarah.
Sebenarnya saya ingin menggodanya dengan mengatakan bahwa saya juga berkecimpung di dunia intelijen di Pangkalan Ojek Pasar Kranji.
Tapi saya urungkan. Pasti dia akan mengatakan saya sedang mengigau .***











