TERASJABAR.ID – Pelaku usaha jasa travel, sopir bus dan pengusaha bus, mengeluhkan dampak dari Kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi terkait larangan study tour. Akibat aturan itu, penghasilan para pelaku usaha turun drastis.
Padahal study tour itu sebenarnya sudah merupakan agenda setiap tahun dan dilaksanakan hanya setahun sekali saat libur panjang seusai kenaikan kelas, terutama pelajar SMP/ SMA/SMK.
“Jujur saja saya sangat menyesalkan dan merasa terpukul atas kebijakan Gubernur yang melarang study tour ke luar Jawa Barat, khususnya ke Jawa Tengah atau ke Jawa Timur,” tutur Kang Agus (58) sopir Bus Metropolitan asal Kuningan.
“Pada musim liburan sekolah baru-baru ini, saya mendapat order wisata study tour dari 10 sekolah, semuanya dibatalkan. Padahal sudah booking hotel dengan memberi uang ‘DP’ ke salah satu hotel di Yogyakarta. Gara- gara ada larangan Gubernur KDM akhirnya terpaksa batal dan praktis uang DP sebesar Rp 10 juta hangus,” ujar Agus yang kerap membawa rombongan studi tour keluar Kuningan.
Larangan studi tour itu menurut Kang Agus, bertepatan menjelang liburan sekolah. “Sehingga kami para sopir merasa terpukul atas kebijakan tersebut,” keluhnya.
“Terus terang saja saya merugi Rp 10 juta, sementara saya punya anak yatim 15 orang yang setiap hari jumat diberi santunan”, ungkapnya.