Selain itu, kata Yanuar, diaraknya ornamen tikus berdasi bisa saja guyonan dalam memeriahkan HUT ke-80 RI.
“Meski guyonan, ya saya apresiasi ornamen tikus berdasi yang diarak tersebut bentuk kreativitas warga yang patut dihargai dan ada pesan moral,” pungkas Yanuar.
Sementara Dr. Agus Rahkmat, ahli pakar komunikasi yang juga dosen Fikom Unpad Bandung mengatakan, warga mengarak ornamen tikus berdasi sah-sah saja dan layak diapresiasi.
“Jika ornamen tikus berdasi diarak warga saat karnaval 17 Agustus dinilai guyonan tapi penuh makna dan ada pesan moral serta kritik,” ujarnya.
Hal ini, menurut Agus, merupakan bentuk komunikasi dan aspirasi dari masyarakat kepada pemerintah. Termasuk, kreativitas warga ini meski nyeleneh dan guyonan ada pesan moral yang ditujukan ke pemerintah.
“Ya, saya apresiasi diaraknya ornamen tikus berdasi oleh warga. Ini bentuk kreativitas warga dalam “ngareuah reuah” HUT,” ungkapnya.
“Apalagi Indonesia ‘kan sudah 80 merdeka dengan pergantian 8 presiden. Semoga saja “Bersatu berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju” pada tagline HUT ke-80 ini bisa terwujud,” pungkas Agus.***