Saya ingin warga berpikir kreatif tentang bagaimana air bisa keluar dari bambu,” ujar Rudi, yang enggan membeberkan detail triknya, hanya menyebut bahwa alat tersebut “mengikat molekul air” secara logis.Kepala Desa Cikaroya, Encep Mahmudin, turut mengonfirmasi bahwa fenomena ini bukanlah sesuatu yang bersifat gaib. Ia menegaskan bahwa bambu tersebut adalah hasil kreativitas seni dan mengimbau warga untuk tidak terjebak pada penafsiran mistis. “Pembuatnya sudah menjelaskan bahwa ini bukan hal mistis, tapi seni yang rasional. Mari gunakan akal sehat,” kata Encep.
Meski demikian, banyak warga dari Cianjur hingga Cirebon yang sempat mendatangi lokasi untuk mengambil air, percaya bahwa air tersebut memiliki khasiat penyembuhan.Secara ilmiah, bambu memang memiliki jaringan pembuluh (xilem dan floem) yang dapat menyalurkan air, dan dalam kondisi tertentu, seperti tekanan air tanah atau kapilaritas, air bisa merembes keluar. Namun, belum ada studi yang membuktikan bambu petuk dapat mengeluarkan air secara deras dan terus-menerus seperti yang terlihat di video viral ini.
Fenomena ini awalnya memicu spekulasi tentang keajaiban alam, namun penjelasan dari Rudi dan kepala desa menegaskan bahwa ini hanyalah karya seni yang cerdas.
Meski misteri telah terpecahkan, fenomena ini mencerminkan bagaimana budaya dan kepercayaan masyarakat Indonesia sering bercampur dengan penafsiran mistis terhadap hal-hal yang tidak biasa. Rudi sendiri menyayangkan kesalahpahaman ini dan berharap masyarakat dapat menghargai karyanya sebagai bentuk kreativitas, bukan sesuatu yang bersifat gaib. Untuk menghindari kerumunan lebih lanjut, bambu tersebut akhirnya dibongkar pada 3 Juli 2025.
Fenomena bambu petuk di Cianjur ini menjadi pengingat bahwa tidak semua yang tampak ajaib harus dikaitkan dengan hal-hal mistis. Dengan logika dan kreativitas, keajaiban bisa diciptakan, seperti yang dilakukan Rudi dengan “Bambu Sakti Pandanwangi” miliknya.