TERASJABAR.ID – Rasisme merupakan sikap, pandangan, atau perilaku yang menilai seseorang atau kelompok lebih tinggi dibandingkan yang lain hanya karena ras, warna kulit, atau ciri fisik tertentu.
Walaupun sering kali tidak tampak secara kasat mata, pengaruhnya sangat nyata dan dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Di Indonesia, praktik diskriminasi berbasis suku, warna kulit, maupun asal-usul masih kerap ditemui.
Bentuknya beragam, mulai dari ucapan bernada merendahkan, sikap mengucilkan, hingga tindakan yang membatasi ruang gerak kelompok tertentu.
Rasisme dapat muncul dalam beberapa wujud. Ada rasisme yang dilakukan secara terang-terangan, seperti hinaan verbal atau kekerasan fisik akibat perbedaan ras.
BACA JUGA: Fenomena Efek Mandela, Ketika Memori Terasa Nyata tapi Keliru
Ada pula rasisme tersembunyi atau institusional, yakni perlakuan diskriminatif yang terjadi secara tidak sadar, misalnya menghindari kelompok tertentu.
Selain itu, terdapat rasisme struktural, ketika aturan atau sistem tertentu membatasi akses dan kesempatan kelompok tertentu dalam pendidikan atau dunia kerja.
Dampak rasisme sangat luas. Dari sisi psikologis, korban bisa mengalami tekanan mental, kecemasan, depresi, hingga menurunnya rasa percaya diri.
Secara sosial dan ekonomi, diskriminasi dapat menghambat akses terhadap pendidikan, pekerjaan, dan layanan kesehatan, sehingga memperlebar ketimpangan.
Lingkungan yang membiarkan rasisme juga lebih rentan terhadap konflik dan perpecahan.
Upaya melawan rasisme berawal dari kesadaran bahwa setiap manusia memiliki hak yang sama.
Langkah nyata yang dapat dilakukan meliputi memperkuat pendidikan tentang keberagaman, mendukung korban, mendorong kebijakan anti-diskriminasi, serta menanamkan empati sejak dini.
Sikap bijak di media sosial, diskusi terbuka, dan keberanian menolak diskriminasi juga menjadi kunci terciptanya perubahan positif.-***














