Diantaranya meningkatkan kemampuan komunikasi publik berbasis data dan penerapan standar narasi Pemprov Jabar.
“Mampu membuat narasi tunggal dan manajemen krisis termasuk deteksi dini melalui media monitoring. Produksi konten lintas kanal (media sosial, media online, MLR) dan meningkatkan strategi kehumasan melalui storytelling, media relations, dan orkestrasi pesan,” tuturnya.
M. Riski Gaga, Redaktur Kumparan mengatakan dalam setiap pemberitaan yang dibuat selalu diawali dengan rapat redaksi. Jika media online rapat redaksi bahkan dilakukan setiap menit terlebih jika ada pemberitaan hangat.
“Rapat redaksi untuk menentukan, memilih isu mana yang menarik dan berdampak bagi pembaca. Sebab tidak semua akan dibuat berita, karena juga ada keterbatasan SDM dan nilai urgen,” jelasnya.
Hal ini pun menurutnya dapat dilakukan di kehumasan. Ada tim rapat redaksi untuk menentukan rilis mana yang akan dibuat dan disebar.
“Rilis kami terima ratusan dalam sehari, hanya sedikit yang menarik minat untuk dibaca. Hanya paragraf pertama saja, jika menarik bisa saja dibaca sampai akhir. Tetapi jika tidak relevan dengan isu hangat, biasanya tidak dilanjutkan,” ujarnya.
Dengan kondisi itu, menurutnya rilis dari pemerintah juga harus to the point, padat isi dan akurat sehingga menarik bagi media mainstream untuk mengangkatnya menjadi berita. ***













