Dedi Mulyadi Menyetujui Pernyataan Kepala BNPB Penanganan Wabah Virus Corona di Serahkan Ke Kebijakan Daerah Masing - Masing

Dedi Mulyadi Menyetujui Pernyataan Kepala BNPB Penanganan Wabah Virus Corona di Serahkan Ke Kebijakan Daerah Masing - Masing
(Tribunjabar.id : Google)
Editor: Epenz Hot News —Rabu, 13 Mei 2020 10:16 WIB

Terasjabar.id - Anggota DPR RI Dedi Mulyadi menyetujui pernyataan Kepala BNPB Doni Munardo bahwa penanganan wabah Covid-19 diserahkan ke kebijakan daerah masing-masing.

Menurut Dedi, penanganan wabah corona dengan berbasis kearifan lokal semestinya dari dulu disampaikan. Sehingga, kata Dedi, setiap daerah tidak serta merta meniru penanhanan Covid-19 dengan gaya yang sama.

Sebab, kultur antara kota dan kabupaten yang mayoritas desa adalah sangat berbeda. Gaya kepemimpinannya pun berbeda.

"Misalnya, kalau Gubernur DKI bisa total menggerakkan seluruh satkeholder di sekitarnya karena kultur alamnya homogen. Kultur alamnya ya, bukan manusianya," kata Dedi, Rabu (13/5/2020).

Menurutnya, di DKI Jakarta semua perangkat dari mulai wali kota hingga lurah merupakan bawahan Gubernur atau di bawah komandonya.

Sehingga seorang gubernur mampu menggerakkan mereka untuk sama-sama menjalankan kebijakan yang sama.

Sementara di daerah, wali kota dan bupati merupakan kepemimpinan otonom karena mereka dipilih oleh rakyatnya masing-masing, sehingga mereka memiliki cara tersendiri dalam penanganan corona.

Jaga masyarakat desa, lanjut Dedi, cara penanganan corona tidak mesti harus dengan penerapan pembatasan sosial berskala besar ( PSBB).

Sebab, dengan PSBB banyak yang harus dikorbankan dan cara itu dinilainya tidak efektif.

TERSENDAT  : Saat PSBB petugas Kepolisian, Sat Pol PP, dan Dinas Perhubungan memeriksa kendaraan motor dan mobil yang melintas di perbatasan Kota Cimahi dan Kota Bandung di Jalan Raya Rajawali Timur, Bandung, Sabtu (2/5/2020). Terbatasnya tempat dan petugas yang memeriksa menyebabkan kemacetan di wilayah sana.
TERSENDAT : Saat PSBB petugas Kepolisian, Sat Pol PP, dan Dinas Perhubungan memeriksa kendaraan motor dan mobil yang melintas di perbatasan Kota Cimahi dan Kota Bandung di Jalan Raya Rajawali Timur, Bandung, Sabtu (2/5/2020). Terbatasnya tempat dan petugas yang memeriksa menyebabkan kemacetan di wilayah sana. (Tribunjabar.id/Deni Denaswara)

Menurutnya, PSBB cocok diterapkan di perkotaan. Namun demikian, kalaupun PSBB diterapkan, pasar di kota tetap harus berjalan karena itu merupakan tempat penjualan produk masyarakat desa.

Namun tentu saja aspek tata kelolanya sesuai dengan protokol WHO, yakni social distancing, physical distancing, memakai masker dan lain-lain.

"Tapi yang di Jakarta jangan pergi ke daerah kalau punya risiko tinggi karena orang desa harus terjaga produksi pertaniannya agar suplai logistik untuk kota yang sedang PSBB berjalan dengan baik, tidak terganggu sehingga kebutuhan bahan makanan terpenuhi," katanya.

Kemudian di daerah, kata Dedi, PSBB itu sebenarnya fokus pada seleksi ketat terhadap pendatang dari luar kota.

Masyarakat di daerah harus dibentengi, tetapi regulasi ekonomi tetap jalan. Pasar dan toko harus buka. Namun pendekatan kultur berbasis RT dan RW jadi standarisasi utama dalam menangani corona, sehigga rapid test dan swab test harus dilakukan secara massif.

"Alat tesnya harus ada di kecamatan sehingga setiap hari orang di kampung diperiksa. Orang dari luar dikunci. Kalau ada isolasi, jangan di gedung di kota, manfaatkan yang ada di desa, seperti balai desa, balai RW, gedung sekolah dan lainnya," kata mantan bupati Purwakarta itu.

Saat PSBB di Pasar Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Senin (4/5/2020)
Saat PSBB di Pasar Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Senin (4/5/2020) (tribunjabar/lutfi ahmad mauludin)

PSBB Dinilai Aneh

Dedi mengaku ia melihat pelaksanaan PSBB saat ini aneh. Misalnya aparat fokus tutup isolasi kota, tetapi orang tetap keluar dari gang-gang kecil hingga akhirnya mereka menumpuk di pinggiran sekitar pusat kota hingga menyebabkan kemacetan.

Menurutnya, esensi PSBB untuk mengurangi lalu lalang orang agar tidak terjadi kerumunan justru terbalik. Ini malah pemindahan arus kemacetan dari pusat kota ke pinggiran dan itu terjadi di mana-mana.

Selain itu, PSBB saat ini adalah petugas sibuk menutup toko, sementara pasar tetap buka.

"Esensi PSBB itu kan mengurangi kerumunan manusia. Pertanyaan saya, kalau pasar tetap buka sementara toko tutup, lebih tinggi mana interaksi desak-desakan orang antara di pasar dengan di toko? Jelas lebih tinggi di pasar," katanya.

Menurut Dedi, PSBB itu seharusnya bukan menutup toko melainkan mengurangi orang belanja. Saat ini, tanpa PSBB pun, toko tidak banyak dikunjungi orang karena takut tertular wabah corona.

Terkait pelonggaran PSBB, Dedi mengusulkan meski PSBB diterapkan, toko dan pasar tetap dibuka, sehingga kebijakan pembatasan ini tidak berimplikasi lebih luas pada hilangnya mata pencahrian warga.

"Saya itu ketemu setiap orang dari sopir angkot sampai pedagang keliling. Ekonomi mereka anjlok, mereka jadi pemulung. Ini akibat salah kelola dan persepsi dalam penerapan PSBB," katanya.



Disadur dari Tribunjabar.id

Virus Corona Wabah Virus Corona Anggota DPR RI Dedi Mulyadi BNPB Doni Munardo


Loading...