Pasien Virus Corona Asal Surabaya Harus Menjalani Karantina Mandiri, Rumah Sakit Rujukan Kelebihan Kapasitas Karena Menampung Ratusan Pasien dari Luar Surabaya

Pasien Virus Corona Asal Surabaya Harus Menjalani Karantina Mandiri, Rumah Sakit Rujukan Kelebihan Kapasitas Karena Menampung Ratusan Pasien dari Luar Surabaya
(KOMPAS.COM/GHINAN SALMAN : Google)
Editor: Epenz Hot News —Selasa, 12 Mei 2020 07:48 WIB

Terasjabar.id - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini keberatan dengan jumlah pasien rujukan virus corona baru atau Covid-19 dari luar daerah yang dirawat di Surabaya.

Risma sampai naik pitam karena pasien positif Covid-19 asal Surabaya harus menjalani karantina mandiri.

Sebab, ruang isolasi di rumah sakit rujukan kelebihan kapasitas karena menampung ratusan pasien dari luar Surabaya.

"Masa di kota sendiri (Surabaya), kita enggak dapat tempat perawatan," kata Risma saat menggelar pertemuan dengan perwakilan IDI Surabaya dan Persi Jatim di Halaman Balai Kota Surabaya, Senin (11/5/2020).

Risma mencontohkan RS Soewandhie Surabaya yang dipenuhi pasien dari luar kota.

"Semuanya dirujuk ke Surabaya. Sementara, pasien asal Surabaya malah tidak dapat tempat," kata Risma.

Risma mengaku selalu mengalah dan mempersilakan pasien Covid-19 dari luar daerah dirawat di Surabaya.

Tapi, ia heran pasien positif Covid-19 terus dirujuk ke Surabaya.

Padahal, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah menunjuk sejumlah rumah sakit rujukan.

"Kenapa kok diterima terus dari luar. Padahal sudah ada rumah sakit rujukan di Jawa Timur yang sudah ditunjuk."

"Kan tidak fair kalau kemudian semua dibawa ke Surabaya," kata Risma, Senin.  

Risma paham jika ada masyarakat luar Surabaya yang tidak percaya dengan fasilitas rumah sakit di daerahnya.

Namun, dia juga keberatan apabila semua pasien dari daerah lain dirawat di Surabaya.

Karena itu, Risma meminta pihak rumah sakit mengatur alur rujukan pasien Covid-19 dengan jelas.

Sehingga, tak semua pasien dari luar daerah yang dirawat di Surabaya.

Menurut hitungan Risma, sebanyak 50 persen pasien positif yang dirawat di sejumlah rumah sakit di Surabaya berasal dari luar daerah.

Pada beberapa kasus, kata Risma, pasien positif Covid-19 dari luar daerah itu masuk melalui UGD rumah sakit.

"Kalau hitungan saya, pasien (luar Surabaya) itu ada sebanyak 50 persen. Jadi kadang mereka datangnya ke UGD, di RS Soewandie, di RS BDH, itu ada pasien luar Surabaya," ujar Risma.

Hal itu dinilai membahayakan tenaga medis yang bekerja di garis depan.

Tak jarang, pasien positif Covid-19 dari luar Surabaya datang ke rumah sakit bersama rombongan keluarga.

Risma khawatir keluarga yang mengantarkan pasien itu terpapar virus corona baru atau Covid-19.

"Kalau dia OTG lalu pergi ke mana-mana (jalan-jalan) di Surabaya, misalnya ke warung makan dan tempat lain, tentu ini yang membuat berat kepada kami di Surabaya," kata Risma.  

"Kalau dia bawa keluarga, sedangkan di salah satu keluarganya sudah ada yang positif, ini sungguh berat ke kami," ujar Risma lagi.

Risma berharap seluruh masyarakat mengikuti protokol dan regulasi yang ditetapkan untuk mencegah penyebaran virus corona baru atau Covid-19.

Sehingga tidak semua orang harus dirujuk ke Surabaya dan diterima oleh rumah sakit di Surabaya.

"Kalau sedang-sedang saja dan masih bisa diatasi di daerah asal, kenapa harus dirujuk ke rumah sakit di Surabaya? itu yang berat bagi kami dan sudah kami sampaikan ke PERSI dan IDI. Semoga segera ada solusi," kata Risma.

Hingga Minggu (10/5/2020, sebanyak 708 kasus positif Covid-19 tercatat di Surabaya.

Sebanyak 518 pasien positif masih dirawat.

Selain itu, terdapat 1.572 pasien dalam pengawasan (ODP), 2.987 orang dalam pemantauan (ODP).



Disadur dari Tribunjabar.id

Virus Corona Wabah Virus Corona Surabaya Wali Kota Surabaya Rumah Sakit Rujukan


Loading...