Sempat Ada Ancaman Penculikan Kepada Salah Satu Dokter, Tenaga Kesehatan di Garut Minta Jaminan Keselamatan

Sempat Ada Ancaman Penculikan Kepada Salah Satu Dokter, Tenaga Kesehatan di Garut Minta Jaminan Keselamatan
(Tribun Jabar/Firman Wijaksana : Google)
Editor: Epenz Hot News —Selasa, 5 Mei 2020 08:03 WIB

Terasjabar.id - Penyebaran virus corona di Garut semakin meluas.

Hal ini membuat organisasi profesi kesehatan angkat suara.

Mereka meminta jaminan keselamatan.

Ini yang disuarakan oleh Forum Komunikasi Organisasi Profesi Kesehatan (Forkopkes) yang terdiri dari 13 organisasi.

Mereka memberikan pernyataan sikap terkait meluasnya penyebaran Covid-19 di Garut.

Tata kelola manajemen penanggulangan Covid-19 dinilai belum efektif.

Ketua Forkopkes Garut, dr Edy Kusmayadi, mengatakan, pernyataan sikap itu ditujukan untuk tiga pihak.

Yakni gugus tugas penanganan Covid-19, masyarakat, dan anggota profesi kesehatan.

"Kepada gugus tugas, kami memohon pemenuhan APD yang terstandar dan berlanjut di setiap level pelayanan kesehatan," ucap Edy di Sekretariat PPNI Garut, Senin (4/5/202099).

Edy juga meminta jaminan keamanan dan keselamatan kepada petugas medis selama proses penanganan Covid-19.

Ia berharap, kasus di Puskesmas Pameungpeuk tak terulang lagi.

"Seperti di Pameungpeuk jangan sampai terulang lagi. Kasus itu jadi intropeksi semua. Jangan sampai terjadi lagi," katanya.

Ketua PPNI Garut, Karnoto, menyebut jika kasus di Pameungpeuk jadi dasar pihaknya meminta perlindungan keamanan.

Pasalnya sempat ada ancaman penculikan kepada salah seorang dokter.

"Laporan ke saya, ada ancaman penculikan via WA. Tapi jangan terlalu dibesarkan," ucapnya.

Puskesmas Pameungpeuk sempat ditutup setelah ratusan warga menggeruduk kantor kecamatan.

Hal itu dilakukan setelah ada jenazah yang datang diduga Covid-19 namun tak dipulasara standar.

Meskipun akhirnya jenazah itu disebut tak terindikasi Covid-19.

Selain masalah keamanan, Edy menambahkan meminta kepada gugus tugas memberi jaminan kesehatan bagi petugas medis di garda terdepan.

Berupa pemberian ekstra feeding serta menyiapkan lokasi karantina jika ada petugas medis yang terpapar.

Tim tracing atau pelacakan Covid-19 disebut Edy juga sudah mengalami kelelahan.

Sebanyak delapan dari 15 orang tim tracing sudah tumbang akibat kelelahan.

"Sampai saat ini petugas tracing timnya itu-itu saja. Mereka belum dapat ekstra feeding. Sudah tumbang beberapa orang. Makanya saat tracing pasien di Cisurupan sempat telat. Sebelumnya mereka di rapid test dulu karena kelelahan," ujarnya.

Edy mengimbau kepada masyarakat untuk bersikap jujur dalam memberikan keterangan ke petugas medis.

Masyarakat juga diminta taat kepada protokol kesehatan dan aturan pemerintah.

"Masyarakat juga jangan menstigmatisasi negatif tenaga kesehatan yang melakukan tugas penanganan Covid-19. Bahkan sebaliknya, harus memberi dukungan," katanya.

Edy juga meminta para tenaga kesehatan untuk tetap berada di garda terdepan. Selain itu, juga harus menjaga ketahanan diri serta berpedoman terhadap imbauan organisasi profesi dan standar prosedur penanganan.

Edy memohon pemerintah bisa memenuhi APD yang terstandar. Terutama di setiap Puskesmas karena menjadi garda terdepan. Semua karyawan puskesmas, lanjutnya, harus memakai APD saat memberikan pelayanan.

"No APD, no service. Kami meminta APD ini bisa tersedia. Soalnya sekarang fokusnya ke rumah sakit. Padahal puskesmas juga membutuhkan," katanya.


Disadur dari Tribunjabar.id

Pandemi Virus Corona Jaminan Keselamatan Petugas Medis Garut


Loading...